Kisah Dokter Pakistan
Setelah mengisahkan tentang Imam Ahmad dan istighfarnya tukang roti, Muyassaroh membagikan satu kisah lagi.
“Ada dokter yang terkenal dari Pakistan. Suatu ketika diundang seminar, keluar melewati Kashmir. Tiba-tiba di bandara sudah naik pesawat.”
“Mohon maaf pesawat ini keberangkatannya tertunda karena ada kerusakan sedikit.”
Akhirnya dianjurkan naik taksi. Namun kondisi saat itu hujan lebat, tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Taksi tersebut kemudian berhenti di rumah tua. “Permisi Nek, saya mau numpang.”
Nenek tua kemudian mempersialakan masuk dan tak lama kemudian izin shalat tapi shalatnya sangat lama.
“Permisi Nek, saya perhatikan, doa nenek kok khusyuk sekali, terus saya kok mendengar anak perempuan nangis Nek,” tanya dokter tersebut.
“Begini Nak, yang nangis itu cucu nenek. Ayah ibunya sudah meninggal,” jawab sang nenek.
“Sakit apa Nek?” tanya sang dokter.
“Sudah lama Nak, tapi dokter bilang, tidak bisa disembuhkan di puskesmas. Harus dibawa ke rumah sakit dan ditangai oleh dokter khusus Nak. Dokter tulang, namanya Dokter Ihsan.”
Dan ternyata dokter tersebut lah yang bernama Ihsan dari negri seberang.
Musyasaaroh kemudian menjelaskan manfaat istighfar lainnya. “Di samping menghapus dosa, melancarkan rezeki, dan mempermudah urusan adalah mendapat kelapangan hidup di dunia dan akhirat,” tandasnya.
Ia kemudian mengutip Hud ayat 3. “Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh, aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni