Jika Muhammadiyah dan NU Bersatu
Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu juga merasa khawatir dengan prediksi yang dikeluarkan oleh Price Waterhouse Cooper (PWC).
PWC menyebutkan Indonesia akan menjadi salah satu negara adikuasa keempat di dunia pada tahun 2040 sampai 2050. Urutan secara perangkingan dimulai dari Cina, Amerika, India, dan Indonesia.
Buya Anwar Abbas kemudian menceritakan pengalamannya berdialog dengan pemimpin negara Iran. Suatu ketika dirinya pernah bertemu dengan pemimpin kedua Iran, yang mengatakan suatu ketika umat Islam akan kembali memimpin dunia. Tapi, bukan dari umat Islam Timur Tengah seperti Turki dan Iran.
“Saya memprediksikan umat Islam akan kembali memimpin dunia bukan dari Turki ataupun Iran, tapi dari Indonesia,” kata pemimpin Iran itu
“Itu takdir,” gumam Anwar Abbas sambil tersenyum.
“Mungkin dia tidak tahu tentang negeri ini,” ucapnya dan kembali disambut ger-gerran peserta.
Dosen Ekonomi Islam Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan sependapat dengan prediksi PWC, Indonesia akan menjadi negara adikuasa. Namun, ada hal yang menjadi kekhawatirannya selama ini.
“Cuma pertanyaannya jika negeri ini menjadi salah satu negara adikuasa di dunia. Siapa yang akan menjadi penentu di negeri ini,” tanyanya.
Ia lalu mengatakan pernah mendapat pesan dari pemimpin kedua dalam hirarki kepemimpinan di Iran yakni menjaga silaturahmi antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama.
Buya Anwar Abbas memprediksikan jika Muhammadiyah dan NU bersatu, maka umat Islam yang akan menjadi penentu di negeri ini.
Pada kajian mengusung tema ‘Dengan Semangat Ramadhan 1443, Kita Gapai Khaira Ummah’ itu, Anwar Abbas mengajak warga Muhammadiyah khususnya dari Lamongan untuk menjadi pelopor dalam mengambil peran untuk kepentingan bangsa dan negara.
Anwar Abbas juga menitipkan pesan kepada Universitas Muhammadiyah Lamongan yang dinilai sudah maju untuk turut menjaga etika, persatuan dan kesatuan bangsa. Muhammadiyah akan terus bergerak tidak hanya untuk kepentingan warga Muhammadiyah, tapi untuk umat, bangsa, dan negara. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/AS