Ternyata Bukan Politisi yang Menentukan Kondisi Negara, tapi Kelompok Ini; liputan Alfain Jalaluddin Ramadlan, kontributor PWMU.CO dari Lamongan.
PWMU.CO – Kondisi suatu negara bukan ditentukan oleh politisi dan birokat. Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr KH Anwar Abbas MM MAg, Sabtu (16/4/2022).
Pada forum Pengajian Ramadhan 1443 yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan itu, Anwar Abbas mengatakan orang yang menguasai sumber daya material yang berperan dalam menentukan kondisi bangsa. Bukan dari kelompok elite politisi, birokrat, tentara dan polisi.
“Kelompok yang menjadi penentu di suatu negeri itu bukan politisi, bukan tentara dan polisi, bukan birokrat. Tapi yang menjadi penentu di negeri ini yaitu orang-orang yang menguasai sumber daya meterial di negara tersebut,” jelasnya dengan penuh semangat.
Di hadapan peserta pengajian, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia ini menegaskan kondisi suatu bangsa sangat bergantung pada orang-orang yang menguasai sumber daya material. Karena inilah para elite pemilik modal yang mendukung kelancaran dan keberlangsungan suatu negara.
Buya Anwar Abbas kemudian bertanya kepada peserta yang hadir di Aula Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) ini. “Apakah ada presiden, gubernur, bupati yang tidak diberi oleh pemilik kapital?” tanyanya retoris.
”Nyaris semua diberi oleh pemilik kapital,” jawabnya.
Tertawan Pemilik Modal
Selanjutnya, pria kelahiran Balaimansiro Sumatera Barat 1955 ini menjelaskan jika penjabat diberi oleh pemilik kapital (modal), maka ia akan banyak diperintah oleh yang memberi. Begitupula, bila para pejabat ini meminta kepada orang yang dia tuju (pemilik modal), maka dia justru akan tertawan.
“Jika engkau memberi apa yang engkau kehendaki, maka engkau akan bisa memerintah. Dan jika engkau meminta-minta kepada orang yang engkau kehendaki, maka engkau akan menjadi tawanannya,” tuturnya.
Menurut analisis Anwar Abbas, umat Islam telah memiliki sebagian besar dari 12 elite strategis sehingga selayaknya umat Islam menjadi umat terdepan dan unggul dalam memberi warna kehidupan bernegara.
Dua belas elite strategis tersebut meliputi agamawan, politisi, cendekiawan, pengusaha, birokrat, kelompok profesional, jurnalis, pendidik, budayawan, pekerja sosial, tentara dan polisi, dan para penegak hukum. Namun, masih ada satu bagian yang butuh diperkuat bagi umat Islam yakni dari lini pengusaha.
Maka menurut Dosen Ekonomi Islam Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammadiyah yang sudah berusia 109 tahun ini dan telah diakui sebagai organisasi modern dan mendunia perlu memiliki orang-orang yang berjiwa pengusaha yang memberi corak dan warna kehidupan. Selain itu, dapat mensuport gerak kemajuan persyarikatan, bangsa dan negara baik skala lokal maupun global. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/AS