Catatan Bersejarah
Kita simak perjalanan majalah bulanan Suara Muhammadiyah. Majalah ini memang terbit kali pertama pada 1915. Hanya saja, Suara Muhammadiyah resmi menjadi organ pergerakan Muhammadiyah sejak terbentuknya Bagian Taman Pustaka pada 1920.
Selain menerbitkan majalah, sejak 1920 itu, Muhammadiyah juga mulai merintis usaha percetakan sendiri. Di titik ini, Mochtar dan Fachrodin punya andil besar. Buku-buku pelajaran yang diperlukan sekolah-sekolah Muhammadiyah disediakan lewat percetakan ini.
Kerja Bagian Taman Pustaka yang lain dan sulit dilupakan adalah saat mendirikan Perpustakaan Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta. Sebuah rumah milik Ahmad Dahlan dibentuk menjadi perpustakaan.
Sebenarnya, aslinya rumah itu adalah perpustakaan pribadi dari pendiri Muhammadiyah itu. Setelah mendapat sedikit sentuhan, jadilah sebuah Perpustakaan Muhammadiyah. Tampilannya sederhana, tetapi cukup megah untuk ukuran zaman itu.
Menurut Mu’arif di artikel yang telah disebut di atas, perpustakaan tersebut buka setiap hari kecuali hari Jumat. Lewat foto yang diambil pada 1927, tampak perpustakaan ini ramai dikunjungi para murid dan aktivis Muhammadiyah. Tidak hanya orang-orang dewasa, tetapi anak-anak pun tampak antusias berdekat-dekat dengan buku .
Jejak Penting
Di awal-awal, fungsi utama Bagian Taman Pustaka adalah mengurus Perpustakaan Muhammadiyah, penerbitan majalah, serta percetakan. Tak lama setelah itu, lalu menghadirkan perpustakaan umum di berbagai daerah. Ini, bagian dari usaha membangun masyarakat melalui jalur literasi.
Gerakan literasi di Muhammadiyah, tak pelak lagi, adalah langkah sangat penting. Gerakan ini berlandaskan keyakinan bahwa bertambahnya ilmu pengetahuan lewat aktivitas literasi (yaitu membaca dan menulis) bisa menjadi pintu masuk utama dalam memajukan kualitas kehidupan.
Bagaimana performa Bagian Taman Pustaka kini, lebih seabad kemudian? Sekarang, bagian tersebut bernama Majelis Pustaka dan Informasi (MPI). Artinya, MPI adalah salah satu lembaga yang punya makna sejarah sangat kuat di lingkungan Muhammadiyah.
Alhasil, semua aktivitas Bagian Taman Pustaka (dulu) dan Majelis Pustaka dan Informasi (kini) di Muhammadiyah adalah langkah sejarah yang sangat berharga. Terasakan, bahwa sejak awal Muhammadiyah aktif menggerakkan literasi. Terasakan, bahwa sejak mula Muhammadiyah sudah sangat peduli dengan ilmu pengetahuan. Maka, di titik ini, jasa besar seorang Mochtar sungguh terlihat. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni