PWMU.CO– Kaderisasi dan kepemimpinan menjadi bahasan sesi kedua Baitul Arqam Dasar (BAD) Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Kedungadem Bojonegoro di Aula Gedung Dakwah, Sabtu (9/4/2022).
Sesi ini diisi pembicara M. Khoirul Abduh mantan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur. Dia berasal dari Jombang.
”Saya adalah aktivis Muhammadiyah, istri saya kelahiran Lamongan juga aktivis Muhammadiyah dan mungkin pada masa itu hanya saya yang mendapat istri sama-sama Muhammadiyah. Dan saya juga mengajarkan anak-anak saya untuk menjadi kader-kader Muhammadiyah. Anak saya merupakan aktivis di IPM dan IMM,” kata Abduh memperkenalkan diri kepada peserta.
Dia kagum, di PCPM Kedungadem Bojonegoro ini melihat banyak pemuda yang memikirkan kaderisasi Muhammadiyah lewat Baitul Arqam ini.
Menurut dia, menjadi kader itu harus terbuka ketika dikritik oleh siapapun. ”Tidak boleh ngamuk-ngamuk ketika dikritik dan itulah kader Muhammadiyah sesungguhnya,” kata Abduh yang sekarang menjabat Wakil Ketua PDM Jombang.
Dia mengungkapkan problem dakwah Muhammadiyah adalah pemimpin yang tidak mendorong anaknya menjadi aktivis di Muhammadiyah. Anak adalah aset kader penerus dakwah kita
”Kalian para kader Muhammadiyah, yang menjadi agen perubahan jangan berdakwah dengan yang sunnah saja. Jangan memanjangkan jenggot saja dan jangan berkopiah saja,” tandasnya.
Tugas kalian, sambung Abduh, adalah berat. Bakwahlah di semua bidang jangan dakwah membahas yang sunnah saja. Karena Muhammadiyah yang berkemajuan ialah yang mengikuti perkembangan zaman.
”Alhamdulillah PCPM Kedungadem masih memikirkan Muhammadiyah sehingga masih peduli dengan Muhammadiyah,” ujarnya.
Dia menceritakan, tantangan dakwah yang dihadapi seperti banyaknya LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender) yang mulai membeludak di masyarakat.
”Seorang perempuan yang suka sesama diakibatkan karena si wanita tersebut sering tersakiti lalu bertemu dengan perempuan senasib akhirnya mereka merasa nyaman. Dari faktor inilah mereka suka sama jenis,” cerita dia.
Ditegaskan, tantangan dakwah sosial seperti itu juga harus menjadi perhatian kader Muhammadiyah. Bukan hanya soal jenggot, kopiah, dan identitas lain.
Dia bersyukur kaderisasi Pemuda Muhammadiyah terus berjalan di pelosok daerah seperti di Kedungadem ini.
”Alhamdulillah ada generasi penerus kita dengan pengkaderan Pemuda Muhammadiyah cikal bakal generasi yang akan meneruskan Muhammadiyah dan Muhammadiyah ini butuh pemuda yang militan dan berintegritas,” tandasnya. (*)
Penulis Samsul Arifin Editor Sugeng Purwanto