PWMU.CO– Empat misi perjuangan dakwah Muhammadiyah disampaikan Ketua Korps Muballigh Muhammadiyah (KMM) Kota Surabaya Dr Imam Syaukani MA dalam Baitul Arqam Karyawan Rumah Sakit PKU Surabaya.
Acara bertempat di Pusat Dakwah Muhammadiyah (Pusdam) Kota Surabaya Jl Wuni No. 9 Surabaya, Ahad (10/4/2022).
Ustadz Imam Syaukani menjelaskan, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Quran dan sunnah dengan watak tajdid senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah amar makruf nahi munkar.
”Dengan gerakan itu Islam menjadi rahmatan lil alamin bagi kehidupan umat, bangsa dan dunia menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” katanya.
Menurutnya, sejak berdiri sampai sekarang dan yang akan datang ada empat misi perjuangan dakwah Muhammadiyah.
Pertama, menegakkan keyakinan tauhid sesuai dengan ajaran Allah swt yang dibawa oleh semua Rasulnya, sejak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw.
”Muhammadiyah yakin dengan mengajarkan tauhid murni, berarti Muhammadiyah telah menyelamatkan manusia agar tidak dimurkai oleh Allah,” tandasnya.
Mengajarkan tauhid murni, sambung dia, adalah misi suci yang senantiasa mendapatkan ridhanya, meskipun dalam melaksanakannya Muhammadiyah mendapatkan cemoohan, fitnahan yang justru oleh Muhammadiyah dijadikan barometer bagi keteguhan iman kepada Allah swt.
Kedua, menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kapada al-Quran dan sunnah Rasulullah.
”Sejak berdirinya hingga sekarang, Muhammadiyah istiqamah dengan keyakinan bahwa sumber asli ajaran Islam adalah al-Quran dan sunnah Rasul,” ucap dia.
Ketiga, mewujudkan amalan Islam dalam diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara. ”Hal ini dilakukan Muhammadiyah untuk mewujudkan Islam yang sebenar-sebenarnya, manusia bisa hidup bahagia dunia dan akhirat,” tambahnya.
Keempat, memahami agama dengan menggunakan rasio akal sehat. ”Teologi al-Maun yang diajarkan KH Ahmad Dahlan berisi tuntutan supaya umat Islam tidak hanya berhenti pada praktik-praktik ritual keagamaan dalam menjalankan syariat agama, tetapi juga melakukan berbagai kegiatan amal sosial.
”Umat Islam harus menjadi insan yang saleh kepribadiannya dan saleh pula dimensi sosialnya. Seimbang antara akal dan agamanya, tegasnya.
Sebelumnya dia menyampaikan, hidup adalah pergumulan antara yang hak dan yang batil, yang musyrik dan yang bertauhid, yang jujur dan munafik, yang dinamis dan yang statis.
Manusia dibekali akal oleh Allah, maka seharusnya manusia memahami potensi kekuatan yang ia punya dalam dinamika pergumulan hidup tersebut. (*)
Penulis Habibullah Al Irsyad Editor Sugeng Purwanto