PWMU.CO– Ketua PRM Kuripan Babat Lamongan itu sangat bangga dan gembira. Dia kedatangan tamu syekh muda dari Palestina Ahmad Saleem Abu Anza, Jumat (8/4/2022).
Kiai Mataji, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kuripan lebih gembira lagi yang mengantarkan Syeh Ahmad Saleem Abu Anza adalah cucunya sendiri, Ahmad Sulthon Zahidin.
Dia sudah lama tak melihat cucu yang diasuhnya sejak kecil. Ahmad Sulthon Zahidin sejak lulus dari Pondok Pesantren al-Mizan terus berkelana dari pesantren ke pesantren untuk menambah ilmu agama, hafalan Quran, dan bahasa Arab.
”Sulthon sebelum lulus dari Pondok al-Mizan diminta ibunya kuliah Kedokteran, dan dia sudah daftar. Tetapi Allah rupanya membalik hatinya,” cerita Kiai Mataji.
Ketika dia menjemput cucunya di al-Mizan untuk pulang sesudah acara pelepasan santri, Sulthon bilang,”Saya tidak jadi kuliah, ingin menghafal al-Quran di Pondok Tahfidh Isykarimah Solo.”
”Saya izini. Alhamdulillah diterima di Isykarimah,” tutur Kiai Mataji.
Mataji menjelaskan, Ahmad Sulthon Zahidin belajar di Pondok Isykarima Solo selama dua tahun. Lulus dari situ melanjutkan lagi ke Pondok Arroyah Sukabumi juga dua tahun.
Selepas itu berlanjut lagi belajar ke Pondok Wadi Mubarok Bogor hingga hafidh Quran. Di Bogor, Sulthon juga mengikuti belajar sanad dan mendapatkan ijazah.
Lalu menikah dengan Rufaidah, cucu almarhum KH Abdurrahman Syamsuri, pengasuh Pondok Pesantren Karangasem Paciran, yang tinggal di Sukoharjo Solo. Dia sudah dikaruniai putra laki-laki yang sehat dan tampan.
”Sekarang dia mengajar di Ma’had Aly Darul Falah Tawangmangu. Sebelumnya dia dua tahun belajar dan satu tahun Wiyata Bakti,” ujarnya.
Sulthon mengatakan, Syekh Ahmad Saleem Abu Anza dari Palestina kedatangannya ke Lamongan untuk silaturahim dan memberi kabar keadaan Palestina kini, serta penggalangan dana. Kerja sama dengan Lazismu Lamongan dan Lazismu Babat.
Mudais Sholihah, ibu Ahmad Sulthon Zahidin, senang sekali kedatangan putranya yang lama tidak bertemu. Apalagi pulang ke rumah didampingi Syekh Ahmad Saleem Abu Anza.
Aktivis Aisyiyah ini benar-benar senang, ketika Syekh Ahmad Saleem bilang,”Saya senang sekali diterjemahkan Sulthon dan penerjemah paling bagus.”
Menurut dia, Syekh Ahmad Saleem sebenarnya meminta Sulthon sebagai penterjemahnya lagi ketika dakwah ke wilayah Gresik. Sayangnya Sulthon harus kembali ke pondok menyelesaikan tugasnya. (*)
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto