PWMU.CO – Donald Trump baru dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat ke-45 sekitar seminggu lalu, tapi berbagai kebijakan kontroversial telah diambil. Salah satunya adalah pelarangan pendatang dari 7 negara Muslim: Iran, Irak, Suriah, Somalia, Yaman, Libia, dan Sudan. Berikut adalah catatan Imam Besar Masjid New York, Amerika, Shamsi Ali, yang juga Presiden Nusantara Foundation / Presiden Muslim Foundation of America, Inc.
Tentu yang terpenting adalah bahwa tanpa susah payah mencari tahu siapa Donald Trump dan pemerintahan yang akan dibentuknya dengan sendirinya membuka diri. Bahwa dengan kebijakan tersebut, masyarakat Muslim semakin yakin tentang siapa Donald Trump yang sesungguhnya dan pemerintahan yang dipimpinnya 4 tahun ke depan.
(Berita terkait: Kata Imam Besar Masjid New York tentang Kebijakan Donald Trump yang Larang Warga 7 Negara Muslim Masuk Amerika)
Di sisi lain terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika dan beberapa kebijakan diskriminatif yang diambilnya dalam waktu yang relatif singkat itu ternyata membangun solidaritas dan simpati luar biasa dari banyak kalangan di masyarakat bawah. Itu terlihat jelas dari demonstrasi di berbagai kota kemarin ini.
Yang justru paling saya khawatirkan adalah bahwa dengan sikap dan kebijakan Donald Trump ini dijadikan justifikasi bagi pihak-pihak yang memang selama ini mencari-cari pembenaran dalam berbagai aksi teror.
(Berita terkait: Ini yang akan Dilakukan Muslim Amerika di tengah Kebijakan Anti Islam Donald Trump)
ISIS di Irak dan Suriah, Al-Qaidah di Yaman, maupun Al-Shabab di Somalia akan kembali gencar mencari target di berbagai tempat yang dianggap memiliki relasi kepentingan dengan Amerika.
Dan jika itu terjadi, maka Donald Trump kemudian akan semakin mendapatkan pula justifikasi untuk membumihanguskan semua pergerakan Islam di belahan dunia. Terlebih lagi bahwa Donald Trump nampaknya akan membangun koalisi dengan Vladimir Putin untuk membumihanguskan apa yang disebutnya sebagai kelompok-kelompok Islam radikal.
(Baca juga: Inilah Beda Obama dan Trump Menurut Imam Besar Masjid New York, Shamsi Ali)
Tentu implikasi ini juga akan merambah ke kebijakan domestik (dalam negeri). Sudah pasti bahwa masyarakat Muslim akan menghadapi berbagai tekanan, bahkan perlakuan yang buruk.
Berbagai pernyataan Trump selama kampanye selama ini, seperti akan mengeluarkan ID khusus bagi masyarakat Muslim, mendaftar warga Muslim, dan menutup apa yang dia sebut sebagai masjid-masjid radikal akan menjadi sebuah realita.
(Baca juga: Ini Kata Imam Besar Masjid New York tentang Kekhawatiran Umat Islam Amerika terhadap Presiden Trump)
Di sisi lain, saya juga sangat mengkhawatirkan jika racun kebencian yang ditebarkan oleh retorika kampanye Donald Trump ini semakin meluas di masyarakat bawah. Yang lebih berbahaya lagi jika mereka yang selama ini benci terhadap Islam dan masyarakat Muslim merasa telah mendapatkan justifkasi sistem.
Artinya kebencian itu bukan lagi “kasus-kasus” di masyarakat. Tapi dianggap sebagai bahagian dari sistim kenegaraan Amerika. Jika ini terjadi saya yakin akan menyulut kebencian yang lebih tinggi kepada Amerika.
(Baca juga: Harapan Itu Selalu Ada: Optimisme Imam Besar Masjid New York tentang Kondisi Terkini Indonesia dan Amerika Serikat)
Dengan kata lain sesungguhnya Donald Trump telah membuka pintu lebih luas bagi kebencian pihak-pihak yang memang benci. Bahkan teror boleh jadi semakin menjadi-jadi atas nama perang kepada teror. Bahkan boleh jadi akan lebih parah ketimbang apa yang terjadi di era pemerintahan GW Bush. (*)