Islam adalah Agama Keseimbangan, liputan Ria Rizaniyah kontributor PWMU.CO
PWMU.CO – Pengajian Ramadhan 1443 H bertema Muslim Berkarakter Pondasi Islam Berkamajuan yang diselenggarakan oleh Mugeb Islamic Center (MIC), Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB, di Cordoba Convention Hall SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik (Smamio), Sabtu (9/4/22).
Wakil Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Pradana Boy ZTF MA PhD sebagai pemateri dalam pengajian Ramadhan kali ini dengan tema Spiritualitas Untuk Kemajuan.
“Saya selalu antusias datang ke GKB karena selalu ada inovasi pendidikan yang bisa menjadi kiblat pendidikan tidak hanya di Jawa Timur,” katanya.
Dengan teknologi dan peradaban, manusia bisa merubah wajah dunia. Peradaban Barat menjadi panduan peradaban dunia, peradaban Islam menguasai dunia 800 tahun mempengaruhi peradaban Eropa.
“Islam adalah agama keseimbangan. Hidup yang ideal adalah hidup yang seimbang. Keseimbangan antara dimensi material dan spiritual,” jelasnya.
Kehidupan modern menjadikan manusia tidak seimbang. Kemajuan menjadikan manusia lupa hakikat kehidupan. Memberikan aspek spiritual dalam kemajuan adalah keharusan.
Dimensi Manusia
Pradana Boy menjelaskan manusia terdiri dari dimensi fisik, dimensi ruh, dimensi akal, dimensi nafsu, dan dimensi kalbu. Tahapan penciptaan manusia dari tanah, menjadi segumpal darah, diberi daging, kemudian menjadi manusia yang sempurna.
“Spiritualisme adalah percaya kepercayaan basisnya agama, bahwa orang yang sudah meninggal itu bisa berinteraksi dengan orang hidup. Keyakinan yang lekat pada tradisi, pandangan bahwa dunia memiliki 2 elemen. Spirituality yakni pengalaman yang masing masing orang berbeda,’” tuturnya.
Spiritualitas Islam
Pradana Boy mengatakan tasawuf menurut Ibn Khaldun mulai muncul abad ke-2 H saat pemimpin dunia Arab di Baghdad adalah Bani Abbasiyah.
“Saat itu sudah ada banyak pencapaian, tetapi pencapaian tersebut membuat orang bosan dengan dunia,” paparnya.
Sifat spiritualis meliputi zuhud, qanaah, sabar, syukur, tawakal. Sufisme adalah orang yang sudah mencapai ekspansi keduniaan, urban sufisme yakni orang kota yang mendapat banyak tekanan. Sifat spiritualis atau zuhud yang tidak suka dunia adalah nilai yang mudah diucapkan tetapi pada level tertentu implementasinya sangat sulit.
“Ada sebagian ilmuan muslim karena sufisme menguasai Islam di Timur, karena al-Ghazali mengenalkan tasawwuf dari dunia Islam,” jelasnya.
Ibnu Sina dari Persia penganut aliran Syiah, Ibnu Sina tidak bertemu al-Ghazali tetapi al-Ghazali mengkritik Ibnu Sina dengan menulis buku Kerancuan Berpikir para Filsafat. Ibnu Rusyd juga mengkritik al-Ghozali dengan menulis buku Kerancuan sang Perancu.
“Di Indonesia Buya Hamka mengenalkan tasawuf, sufisme tanpa tarikat, tasawuf modern, zuhud tidak harus lupa dunia, dan tasawuf sosial,” jelasnya.
Islam Berkemajuan
Pradana Boy mengatakan ada lima prinsip Islam berkemajuan meliputi tauhid yang murni. Pemahaman terhadap al-Quran dan Sunnah yang independen, komprehensif, dan integratif. Tajdid (pembaruan), lanjutnya, dalam semua dimensi kehidupan. Bersifat moderat dalam pemikiran dan sikap. Bersikap filantropis (gemar beramal).
“Jiwa agama sebagai penyeimbang materialisme. Kemajuan tidak boleh menghilangkan fitrah manusia. Teknologi mempermudah kehidupan manusia. Teknologi tidak boleh bertukar peran dengan manusia,” paparnya.
Kesadaran Spiritual
Pradana Boy menjelaskan kesadaran tentang hakikat kehidupan. Hidup di dunia adalah permainan. Dunia adalah persiapan. Kesadaran tentang keseimbangan. Kesadaran tentang tujuan hidup. Kesadaran tentang kesementaraan dunia. Kesadaran tentang keterbatasan manusia. Konsistensi laku dan ucapan.
Spiritualitas profetik bersifat kenabian, kedekatan dengan tuhan. Berpikir tentang masalah ammah. Intelegensia, pemikiran kritis, determinasi diri, dan strategi kehidupan dunia.
“Spiritualitas Profetik yang bisa kita warisi adalah dengan memikirkan orang lain,” jelasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.