Muhammadiyah Itu Ormas atau Negara? Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Pemikiran itu penting, tapi produk dari pemikiran lebih penting. Demikian Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020 Dr Phil Ahmad Norma Permata MA membuka materinya di Baitul Arqam PCIM sedunia, Ahad (17/4/22).
Dia mengajak 130 peserta yang mewakili Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) seluruh dunia di ruang Zoom itu untuk memandang ‘diri’ secara lebih konstruktif. “Kita ini, Muhammadiyah, adalah ormas terkaya sedunia! Kalau di akhirat ada ormas, kita terkaya sedunia-akhirat,” tegasnya.
Dia mengenang respon masyarakat dunia yang tercengang saat dirinya—dulu ketika menjabat Ketua PCIM Jerman pertama tahun 2008—menunjukkan data aset Muhammadiyah. “Itu ormas apa negara?” respon mereka.
Kebesaran Muhammadiyah
Menurutnya, yang harus menjadi mindset bersama adalah Muhammadiyah sebagai lembaga besar. “With great power, comes great responsibility! Karena kita besar, tanggung jawab kita juga besar,” tutur Penasihat PCIM Jerman Raya itu.
Bicara Muhammadiyah, menurut Norma tak bisa lepas dari sosok pendirinya, Kiai Ahmad Dahlan. Ketika beliau mengajarkan al-Quran, kata Norma, tidak hanya mengajarkan artinya tapi juga praktiknya.
Norma pun menekankan, “Mengkaji itu hanya permulaan, mengamalkan itu lebih utama. Kebesaran Muhammadiyah bukan pada diskusi konsep-konsep, tapi implementasi gerakan program amal kebaikan.”
Metastruktur Gerakan Muhammadiyah
Dia lantas menggambarkan metastruktur gerakan Muhammadiyah secara sederhana. Awalnya, harus merujuk al-Quran dan as-Sunnah. Kemudian, pondasi dasarnya ada pada konsep Ibnu Taimiyah tentang akidah dan ilmu.
Akidah Muhammadiyah sebenarnya apa? Norma menyatakan, dalam bahasa kajian ilmu tauhid, akidah Muhammadiyah itu akidah salaf. “Akidah yang meyakini bahwa Tuhan itu mutlak, makhluk itu terbatas, dan semua makhluk terikat oleh hukum,” terangnya.
Bedanya dengan akidah sufi, sambung Norma, batas antara Tuhan dan makhluk itu permeable (transparan). “Jadi makhluk bisa menembus ke alam Ilahi, Tuhan bisa turun ke alam makhluk. Ada manusia setengah malaikat, manusia setengah nabi, itu bukan akidah kita!” tegasnya.
Dalam akidah Muhammadiyah, lanjutnya, hubungan antara makhluk dan Tuhan itu bersifat saklek. “Tuhan menghubungi manusia lewat wahyu. Manusia menghubungi Tuhan lewat doa,” imbuhnya.
Baca sambungan di halaman 2: Pengalaman Spiritual Tokoh Muhammadiyah