Petualangan Tsamara, Kenapa Keluar dari PSI? oleh Dhimam Abror Djuraid
PWMU.CO – Politisi pindah partai adalah berita biasa, karena politisi disamakan dengan kutu loncat yang bisa meloncat ke sana kemari. Seorang politisi bisa dengan enteng ganti partai dan pindah dukungan dari satu calon presiden ke lainnya tanpa beban. Pragmatisme politik lebih dipentingkan ketimbang berpegang pada ideologi dan idealisme.
Tapi kali ini ada politisi muda bernama Tsamara Amany Alatas yang berhenti dari partai politik, tapi kemudian membuat heboh dan menjadi viral di mana-mana. Tsamara ialah Wakil Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dikenal sebagai partai anak milenial dan partai pendukung Jokowi paling fanatik.
Partai ini tidak punya kursi di DPR RI Senayan, tapi suaranya sudah menggaung-gaung keras di jagat politik nasional. Selain menjadi pendukung berat Jokowi partai ini sudah memosisikan diri sebagai partai yang sangat kritis terhadap Anies Baswedan.
Saking kritisnya sampai bisa disebut PSI ini partai anti-Anies Baswedan. Nyaris tidak ada kebijakan Anies Baswedan yang tidak dikritisi oleh PSI. Dari urusan sumur resapan sampai Jakarta International Stadium tidak ada yang lolos dari kritik PSI.
Secara terbuka PSI sudah mengumumkan akan menghadang Anies Baswedan pada perhelatan Pilpres 2024 mendatang. Tidak tanggung-tanggung, di sebuah acara yang dihadiri Jokowi, Ketua Umum PSI Giring Ganesha menegaskan jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan seorang pembohong yang pernah dipecat dari jabatan menteri.
Giring tidak menyebut nama, tapi referensinya jelas menuju kepada siapa. Giring membuat pernyataan itu, mungkin, karena melihat dukungan terhadap Anies yang semakin meluas dan popularitas Anies yang makin memuncak. Saking takutnya terhadap fenomena Anies, PSI dianggap mengidap penyakit psikologis ketakutan terhadap Anies alias Anies-phobia.
Sebagai partai yang didesain untuk menarik perhatian anak-anak milenial PSI sebenarnya punya brand yang menarik. Cukup banyak anak muda milenial yang bergabung ke PSI. Meski di level nasional belum ada calonnya yang lolos ke DPR RI, tapi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, PSI mendapatkan suara yang lumayan.
Partai Milenial
Tidak gampang membuat partai yang bisa menarik anak-anak milenial yang umumnya dianggap alergi terhadap politik. Tetapi PSI dengan dukungan modal yang cukup dan strategi marketing yang tajam bisa menjadi daya tarik bagi anak-anak muda.
Puluhan partai politik yang muncul pascareformasi tidak ada satu pun yang segmentasinya fokus kepada anak muda seperti PSI. Politisi senior Din Syamsuddin sekarang membidani partai anak-anak muda bernama Partai Pelita. Masih harus dilihat apakah ‘’partai anak muda yang didirikan orang tua’’ ini bisa berbicara pada perhelatan politik 2024.
Partai Pelita memperebutkan ceruk kecil yang selama ini sudah padat dan sesak oleh banyak partai yang berorientasi Islam. Meskipun partai ini dipimpin oleh anak-anak muda dan ceruk yang dibidik adalah ceruk milenial, tapi partai ini tetap akan dilihat sebagai partai yang dikendalikan oleh orang tua, terutama karena peran Din Syamsuddin sebagai ketua Majelis Permusyawaratan Partai.
Partai Pelita akan membidik kelas milenial muslim perkotaan. Pangsa ini sudah menjadi bidikan ‘’partai-partai tua’’ seperti PAN dan PKS. Kemudian muncul juga Partai Ummat bentukan Amien Rais, dan partai-partai lain yang berebut suara di kanan seperti Partai Masyumi dan lainnya.
Selain berebut kue yang sama persis dengan PAN, Partai Ummat juga terlihat ingin merebut pemilih muda muslim perkotaan. Pengangkatan Ridho Rahmadi, menantu Amien Rais, sebagai ketua umum menunjukkan upaya Partai Ummat untuk memperluas konstituennya pada pemilih muda. Ini berarti akan terjadi perebutan head to head dengan Partai Pelita. Persaingan lama antara Din Syamsudin vs Amien Rais berlanjut dalam bentuk perang proxy dua partai baru itu.
Fokus Partai Ummat adalah bersaing memperebutkan pemilih kelas menangah kota yang umumnya berafiliasi dengan gerakan Islam modernis, terutama Muhammadiyah. Pangsa ini sudah lama menjadi lahan garapan PAN yang tidak mudah ditembus partai lain, termasuk oleh PKS. Karena fokus bersaing dengan PAN, Partai Ummat tetap terlihat sebagai old party meskipun dipimpin oleh anak muda.
Dengan peta persaingan seperti ini posisi PSI sebagai partai milenial sampai sekarang masih belum mempunyai pesaing yang riil. Masih harus dilihat apakah Partai Pelita punya kapasitas untuk menyaingi PSI. Tampaknya Partai Pelita masih akan sibuk berebut ceruk tengah dengan PAN, PKS, dan Partai Ummat, sehingga belum akan fokus menjadi pesaing PSI.
Petualangan Tsamara, bersambung ke halaman 2: Minus Pemikiran Intelektual