![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/04/WhatsApp-Image-2022-04-24-at-16.07.02.jpeg?resize=731%2C516&ssl=1)
Bahayanya Riya dan Sumah, Gila Pujian; Oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berdasarkan hadits riwayat ad-Darimi
عن أَبُو هِنْدٍ الدَّارِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قَامَ مَقَامَ رِيَاءٍ وَسُمْعَةٍ رَاءَى اللَّهُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَسَمَّعَ
“Dari Abu Hindun Ad daariy, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang berbuat (dengan harapan) ingin dilihat (riya) dan ingin didengar (sumah) maka Allah akan memperlihatkan dan memperdengarkan (niatnya) pada Hari Kiamat. (HR ad-Darimi)
Definisi Riya dan Sumah
Sumah dari akar kata samia yang makna asalnya adalah mendengar, dengan bentuk sumah menjadi berharap didengar atau terdengar oleh orang lain. Dengan kata lain bisa berarti mengharapkan kemasyhuran nama. Maka sumah sejajar dan sepadan dengan riya yakni ingin dilihat atau ingin dipuji.
Kedua kata tersebut (sumah dan riya) merupakan bentuk kata yang sangat berbahaya karena mengandung kesyirikan, yang berarti menodai tauhid dan berarti pula tidak ikhlash. Tetapi mengasyikkan bagi nafsunya, ada kebanggan dan kepuasan nafsunya itu, padahal hanya sekedar pujian duniawi yang sesungguhnya tidak penting.
Syarat Diterimanya Amal
Padahal syarat diterimanya amal adalah berlandaskan kalimah tauhid yakni laa ilaaha illallah, muhammadurrasulullah. Syarat itu pertama adalah ikhlas sebagai bentuk manifestasi dari syahadat tauhid (laailaahaillah), kedua: ittiba kepada Rasulullah sebagai manifestasi dari syahadat rasul (muhammad rasulullah). Tanpa kedua syarat ini amal kita pasti sia-sia.
Sehingga dalam hal ini bukan banyaknya atau sedikitnya amal. Tetapi yang lebih penting adalah sejauhmana persyaratan tersebut dipenuhinya.
Dalam hadits yang sangat panjang, yang bersumber dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda:
“Sesungguhnya manusia pertama yang diputuskan perkaranya pada Hari Kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid, dia dihadapkan dan ditunjukkan kenikmatan-kenikmatannya maka diapun mengenalnya.
Allah bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan padanya?’
Orang itu menjawab, ‘Aku berperang karenaMu sehingga aku mati syahid.’
Allah berfirman, ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan fulan pemberanidan itu telah dikatakan. Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sehingga dia dicampakkan kedalam neraka.
Dan seorang laki-laki yang belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca al-Quran, dia dihadapkan, ditunjukkan kenikmatan-kenikmatanaya maka diapun mengenalnya.
Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu lakukan padanya?’
Orang itu menjawab, ‘Aku belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca al-Quran karenaMu.’
Allah berfirman, ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar agar dipanggil ‘alim dan kamu membaca al-Quran agar dipanggil qari’ dan itu telah dikatakan.
Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sehingga dia dicampakkan ke dalam neraka.
Dan seorang laki-laki yang dilapangkan hidupnya oleh Allah, Dia memberinya bermacam-macam harta, dia dihadapkan ditunjukkan kenikmatan-kenikmatannya, maka diapun mengenalnya.
Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu lakukan padanya?’
Orang itu menjawab, ‘Tidak ada jalan di mana Engkau ingin diinfakkan padanya kecuali aku berinfak padanya demi Engkau.’
Allah berfirman, ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu melakukan itu agar dikatakan dermawan, dan itu telah dikatakan, lalu diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sehingga dia dicampakkan kedalam neraka.” (HR Muslim dan Nasai).
Baca sambungan di halaman 2: Hati-Hati
Discussion about this post