Totalitas Tak Terbatas
Kedua puluh empat kelas yang masing-masing Korlas komandoi itu sukses menggerakkan wali siswa bergotong royong mewujudkan Zona Literasi. Tak hanya siang usai siswa pulang sekolah, tapi juga ada tim yang mengerjakan pada malam harinya. Tak hanya pada hari efektif sekolah, tapi juga pada akhir pekan.
Semangat wali siswa selama proses perlombaan ini sukses membuat semua wali kelas takjub. Seperti yang disampaikan Wali Kelas II An-Nahl Dina Auliyah SPd, ayah maupun bunda kompak menyulap Zona Literasi kelas anaknya.
“Hampir setiap hari pasti ada mama yang ke sekolah. Mama-mama ada yang sampai mengerjakan semalam, malah ada bapak-bapak juga ikutan,” ungkapnya setelah mendapati cerita wali siswanya.
Begitupula dengan kekompakan kelas di sampingnya, II an-Naml. Meski kelas yang lain ramai mengerjakan di kelas, para bunda kelas ini justru janjian mengerjakan pernak-pernik di rumah salah satu siswa.
Namun ketika menjelang hari-H penjurian, mereka rela melembur pengerjaan di sekolah. “Kata Mama Azalea, beliau-beliau masih di sekolah sampai setengah 11,” ungkap wali kelas II an-Naml Zaitun Nailiyah SPsi.
Inilah wujud dukungan wali siswa terhadap proses pembelajaran di sekolah yang tidak hanya berfokus pada akademik, tapi juga memperhatikan keluasan pengetahuan dan kenyamanan anak-anak dalam belajar.
Eratkan Wali Siswa
Menurut Fitriyah Rahayu Arinta—bunda dari Maryam Nakumi Al ‘Afiyah kelas I Al-Aziz—kesan pengerjaan Zona Literasi sangat membekas. Menurutnya, selama prosesnya tidak sekadar membuat saja. Di sela-sela itu, ada kolaborasi dan kerja sama yang dapat meningkatkan kedekatan antarwali siswa.
“Alhamdulillah sangat berkesan sekali karena bekerja bareng bunda-bunda wali siswa. Semakin kenal dengan Korlas yang lain. Meskipun tidak semua ikut membantu tetapi tidak menyurutkan semangat kami,” ungkap Korlas I Al-Aziz itu.
Bahkan, kata dia, hal paling menarik yang terjadi adalah saat harus menjadi bunda yang tangguh. Mengingat, di salah satu prosesnya harus memanjat untuk memasang salah satu pernak-pernik hiasan. Tetapi, lanjutnya, itu malah membuat mereka saling menguatkan.
Ada hikmah dari setiap peristiwa. Termasuk ketika ikut lomba Zona Literasi Berlian School. Seperti yang disampaikan Fitri—panggilan akrabnya—sudah sepuluh bulan anak-anak belajar dalam satu kelas yang sama. Tapi kedekatan antarbunda hanya sebatas menyapa saat menjemput atau mengantar di depan gerbang sekolah.
“Lomba zona literasi ini menjadi momen perekat kelompok di antara kami!” ungkapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN