“Sayap NU dan Muhammadiyah harus berjalan seiring dalam rangka memberikan kemajuan bangsa,” jelas Arif AN tentang pentingnya menjaga kebersamaan 2 ormas ini. Dalam pandangannya, jika Muhammadiyah dan NU bersatu di bumi nusantara, maka bangsa ini akan berjaya menuju baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.
(Baca juga: Wali Rongpuluh: 20 Wali yang Pernah Ada di Muhammadiyah)
Dalam perjalanan eksistensi negara-bangsa Indonesia, peran Muhammadiyah dan NU memang tidak bisa dinafikan. Mewakili umat Islam, keduanya berkontribusi besar bagi lahirnya kehidupan berbangsa-bernegara yang bermartabat. Meminjam istilah almarhum Prof Nurcholish Madjid, jika umat Islam Indonesia ini ibarat pesawat Boeing besar, maka Muhammadiyah dan NU adalah kedua sayapnya.
“Tatkala keduanya mengepak secara kompak, umat dan bangsa ini akan dibawanya terbang membelah angkasa menerjang badai menggapai cita-cita nasional,” tulis Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hajriyanto Y Thohari MSi, menjelang Muktamar kedua Ormas yang dalam waktu hampir bersamaan pada 2015 silam.
(Baca juga: Dirawat di Rumah Sakit, Tetap Pikirkan Bangsa: 3 Pesan KH Hasyim Muzadi yang Disampaikan ke Haedar Nashir)
Pengibatan yang tidak kalah uniknya tentang eksistensi Muhammadiyah-NU juga pernah diibaratkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) 2000-2010, KH Hasyim Muzadi. Menurutnya, kedua ormas ini hampir serupa dengan pasangan sepatu, kanan dan kiri.
“NU dan Muhammadiyah ini bagaikan sepasang sepatu. Ya memang berbeda, kanan dan kiri, tapi tidak bisa dipisahkan,” kata Hasyim Muzadi pada 24 November 2009 silam. Menurutnya, NU dan Muhammadiyah mempunyai peran dan kelebihan masing-masing. “Tapi bagaimanapun, ya tetap berbeda.”
(Baca juga: Din Syamsuddin Pernah Jadi Kapten Kesebelasan MU Lawan NU)
Tak heran jika Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015, Prof Din Syamsuddin, pernah menyatakan pentingnya Muhammadiyah dan NU berjalan seiring, meski melalui cara yang berbeda. Sebagaimana yang dimaklumi, lewat Muktamar 2015 lalu, Muhammadiyah mengusung tagline “Islam Berkemajuan”, sementara NU mengusung “Islam Nusantara”.
Dua tema itu, tambah Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini, sesungguhnya 2 hal yang saling melengkapi. “Visi Islam Berkemajuan dan Islam Nusantara juga saling melengkapi. Maka, kedua organisasi ini harus kompak,” katanya.
(Baca juga: Jangan Paksakan Logika NU untuk Nilai Muhammadiyah! Begitu juga Sebaliknya)
“Memang ada sedikit beda di cabang-cabang, tapi sejatinya banyak persamaan,” jelas Din di sela-sela Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar (6/8/2015).
Semoga 2 ormas ini tetap menjadi penentu arah kehidupan umat Islam menuju kehidupan yang bermartabat di bumi nusantara. (kholid)