Membaca Al-Quran Begini Bisa Mengubah Makna? Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Pada bulan Ramadhan, banyak terdengar orang bertadarus di masjid dengan bacaan cepat. Sayangnya, belum tentu makharijul huruf-nya benar. Apakah cara membaca demikian tidak mengubah maknanya?
Itulah salah satu pertanyaan yang muncul dari peserta Baitul Arqam Guru dan Tenaga Kependidikan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Ngagel Kota Surabaya, Sabtu (16/4/22), di SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya.
Trainer Badan Tajdid Center (BTC) Pusat Surabaya Zaitun Nailiyah SPsi—biasa disapa Ustadzah Lely—yang menyampaikan materi ‘Membaca al-Quran dengan Tahsin dan Tartil’ pagi itu menjelaskan, ketika membaca al-Quran secara cepat, tidak selalu berarti bacaannya tidak tahsin dan mengubah makna.
Ibu yang sehari-harinya menjadi guru al-Quran di SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School) Gresik itu lantas mencontohkan membaca al-Fatihah ayat pertama. “Bismillaahir rahmaanir rahiim,” ucapnya dengan cepat sekaligus tetap sesuai kaidah tajwid dan makharijul huruf-nya benar.
Dengan cara membaca demikian, Lely menegaskan, berarti bacaannya tetap termasuk tahsin dan maknanya tidak berubah. Lely menyimpulkan, “Tidak selalu yang bacaanya cepat itu salah. Begitu juga sebaliknya, tidak selalu yang dibaca pelan itu benar.”
Dia menambahkan, membaca al-Quran dengan tahsin pada dasarnya bisa membaca secara cepat maupun pelan. “Asalkan membacanya sesuai dengan kaidah tajwid dan makhraj yang benar!” tuturnya.
Kesalahan Membaca
Justru masalahnya, kata Lely, jika membaca dengan tartil (pelan) tapi bacaan tajwid, panjang pendek, dan hurufnya salah. Maka cara membaca seperti ini bisa mengubah makna.
Untuk memastikan pemahaman peserta, dia mencontohkan membaca taawudz dan basmalah dengan tartil seperti ini. “Audzuu billaaahii minash syaithaaaaanir rajim, bismillaaaahirrahmaaanirrahiim,” ucapnya pelan.
Dia lantas menanyakan, “Itu betul apa salah?” Seluruh peserta serentak menjawab betul.
Maka, Lely meluruskan, yang dia baca itu salah. Karena meski membacanya dengan perlahan dan enak didengar, tapi sejatinya panjang-pendeknya salah. Yang benar, “Auudzu billaahi minash syaitaanir rajiim, bismillaahirrahmaanirrahiim.”
“Yang harusnya dengung tapi tidak dibaca dengung maka itu termasuk lahn khafi, yaitu kesalahan ringan!” tambahnya.
Selain itu, biasanya ada pula kesalahan lahn jali ketika membaca al-Quran. Yaitu kesalahan berat yang bisa mengubah makna. Misal, saat membaca ayat pertama al-Falaq yang seharusnya berbunyi, “Qul a’uzuu bi rabbil-falaq. Tapi kata ‘qul’ dibaca ‘kul‘.”
Baca sambungan ke halaman 2: