Berbagai Ucaoan Tahniah
Pada paparan hadits di atas telah muncul bentuk tahniah ketika Idul Fitri. Yakni تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّاوَمِنْك(semoga Allah menerima amalam salih kami dan kalian).
Karena amalan ini tidak masuk kategori ibadah mahdhah, tentunya boleh ada rekayasa, inovasi, kreasi, dan modifikasi. Itulah sebabnya ditemukan berbagai ungkapan syukur dan doa yang menggambarkan kegembiraan umat Islam dalam rangka meraih kemenangan di hari raya Fitri.
Kadang muncul ucapan-ucapan di kalangan umat Islam sebagai berikut:
كُلُّ عَامٍ وَأَنْتَ بِخَيْرٍ، كُلُّ سَنَةٍ وَأَنْتُمْ طَيِّبُوْنَ
‘Setiap tahun dan Anda dalam kebaikan, setiap tahun dan Anda dalam kebajiakan’ atau dengan redaksi lainnya. Walaupun kalimat itu sulit dipahami secara harfiah, tetapi tentu mengandung doa semoga setiap tahun Anda dalam kondisi yang baik, khususnya di hari raya Fitri.
Seperti itulah tradisi masyarakat Indonesia yang memberikan ucapan selamat Idul Fitri. Misalnya: minal aidzin wal faizin, mohon maaf lahir batin. Tentunya sangat sulit jika dipahami secara harfiah.
Maka yang dimaksudkan adalah doa selamat Anda dapat menikmati kebahagiaan di hari raya Fitri, semoga kita tergolong orang yang kembali kepada fitrah (kesucian) dan semoga kita tergolong orang yang mendapat kemenangan di hari raya Fitri. Mohon dimaafkan jika ada kesalahan baik secara lahir maupun secara batin, karena kadang seseorang berbuat salah di luar kontrol emosinya.
Maka sungguh tidak benar jika ingin meminta maaf menunggu datangnya hari raya, siapa tahu kematian menjempat seseorang sebelum ia menikmati berhari raya Fitri bersama umat.
Catatan Akhir
Mendoakan kebaikan tentu tidak masalah sewaktu datangnya hari raya Fitri, namun kenapa minta maaf di hari itu? Seyogianya siapapun yang merasa berbuat salah pada temannya agar segera meminta maaf sebagaimana orang yang berbuat dosa agar segera bertobat.
Bersyukurlah jika ia memahami kesalahannya, namun tidak sedikit apa yang kita anggap baik justru menzalimi orang lain. Semoga di hari raya Fitri tidak ada lagi dosa di antara kita, maka tidak salah jika di hari yang penuh dengan berkah itu kita saling memaafkan, semoga hablum minallahbernilai fitrah, sedemikian pula hablum minan nas.
Jika Rasulullah SAW telah memberi contoh, para sahabat telah meneladaninya, dan ulama salaf salih telah menjalaninya, lalu kenapa masih divonis bidah?
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Arrikel ini pernah dimuat di majalah Matan.