Keutamaan Shalat Id, di Tanah Lapang atau Masjid? Oleh Ustadzah Ain Nurwindasari
PWMU.CO – Shalat Id merupakan shalat sunnah yang dilaksanakan di pagi hari pada dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Di antara hadits yang menjadi dasar pelaksanaan shalat Id ialah yang diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri RA. Ia mengatakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ ، فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفِهِم… ) رواه البخاري ومسلم(
“Rasulullah SAW keluar (untuk melaksanakan shalat) pada Idul Fitri dan Idul Adha menuju tanah lapang, maka yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat Id, kemudian setelah selesai beliau berdiri (untuk berkhutbah) di hadapan kaum muslimin dan mereka (tetap) duduk di shaf-shaf mereka … (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Shalat Id merupakan sunnah yang mulia bahkan menjadi syiar Islam yang tersendiri (khusus). Hal ini ditunjukkan dengan perintah Rasulullah agar para gadis, wanita-wanita yang haid, dan wanita yang dipingit untuk ikut menyaksikan pelaksanaan shalat id dan mendengarkan khutbah, meskipun merekat tidak ikut shalat.
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ (رواه البخاري ومسلم)
Dari Ummu Athiyyah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada kami agar mengajak serta keluar melakukan shalat Idul Fitri dan Idul Adha para gadis, wanita haid, dan wanita yang sedang dipingit. Adapun wanita haid, mereka memisahkan diri dari tempat pelaksanaan shalat dan mereka menyaksikan kebaikan serta dakwah kaum muslimin. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu para ulama berpendapat bahwa pelaksanaan shalat Id hukumnya sunnah muakkad.
Adapun tempat pelaksanaan shalat Id menurut hadits di atas adalah di tanah lapang, bukan di masjid. Hal ini diperkuat dengan adanya hadits:
عَن أَبِي هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ “أَنّهُمْ أصَابَهم مطَرٌ في يَوْم عِيدٍ فصَلَّى بِهِمُ النّبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلم صَلاةَ الْعيدِ في المسجدِ” رواه أبو دوا وابن ماجه)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Sesungguhnya mereka (para sahabat) pada suatu hari raya diguyur hujan, maka Nabi SAW shalat bersama mereka di dalam masjid. (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Baca sambungan di halaman 2: Di Tanah Lapang atau di Masjid