Pendidikan Nabi: Ajarkan Iman sebelum Al-Quran, Oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berdasarkan hadits riwayat Ibnu Majah:
عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ, قَالَ: ” كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ, فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ, ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ, فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا ” رواه ابن ماجه , وصححه الألباني في “صحيح سنن ابن ماجه”
Dari Jundub bin Abdullah berkata: “Kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kami adalah relatif masih muda lagi kuat, maka beliau mengajarkan kepada kami iman sebelum mengajarkan al-Quran, kemudian mengajarkan al-Quran maka bertambahlah keimanan kami. (HR Ibnu Majah)
Mengajarkan Iman
Rasulullah adalah pengajar atau guru yang terbaik. Karena beliau memiliki tahapan pengajaran sesuai dengan sistematika atau urutan mana pelajaran yang harus didahulukan dan kemudian berikutnya. Sehingga output yang dihasilakan menjadi maksimal, bukan semata keilmuan olah pikir akalnya akan tetapi dimulai dari olah dzikir hatinya.
Oleh karena itu dalam hadits di atas dijelaskan bahwa Rasulullah kali pertama mengajarkan tentang iman sebagai kekuatan dasar dalam jiwa seseorang. Iman merupakan kekuatan penggerak utama dalam setiap aktifitas khususnya bagi orang yang beriman.
Iman yang tanpa terkontaminasi dengan kepentingan-kepentingan lain kecuali hanya karena Allah. Tendensi pribadinya telah diletakkan dalam rangka mengabdi kepada Allah Subhanahu wa Taala. sehingga mereka memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap kebenaran karena Allah.
Inilah akidah itu, harusnya menjadi pelajaran pertama dan utama, sehingga ini menjadi target terpenting dalam pendidikan islam. Inilah yang menjadi motivator dalam setiap jiwa mukmin, menjadi baterai sehingga kadang perlu di-charger setiap saat, dan sebagaimana hadits di atas charger-nya adalah belajar al-Quran.
Mengajarkan Al–Quran
Pada tahap berikutnya Rasulullah mengajarkan al-Quran mulai dari cara membaca sampai pada tataran pemahamannya. Dengan mengajarkan iman kemudian mengajarkan al-Quran maka semakin kuatlah keimanan yang telah dimilikinya itu.
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (al-Anfal: 2)
Dengan demikian iman dan al-Quran itu tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang sangat kuat untuk bersinergi saling mempengaruhinya. Demikian pula iman dengan aktivitas ibadah khususnya ibadah mahdhah, saling bersinergi untuk memberikan kualitas yang semakin sempurna.
Jika iman sempurna ibadah akan semakin berkualitas, tentu disertai pemahaman yang benar terhadap al-Quran sebagai sumber primer nilai-nilai kebenaran dan kebaikan, di sertai dengan pemahaman hadits Rasulullah secara tepat.
Sebagai satu kesatuan memahami Rukun Islam dan Rukun Iman merupakan paket yang saling melebur. Bagaimana penjabaran dari Rukun Iman dan Rukun Islam itu telah lengkap dan detail dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sehingga bagaimana seseorang dapat melaksanakan rukun iman dan rukun islam dengan benar jika tidak memahami keduanya?
Baca sambungan di halaman 2: Thalabul Ilmi dan Thalabul Mal