Superkaya tapi Sederhana
Buffet hidup sangat sederhana. Tidak ada mobil-mobil supermewah di garasinya. Ia masih suka naik kendaraan umum dan memilih kelas ekonomi ketika terbang. Beda sekali gaya hidupnya dari crazy rich Indonesia yang suka naik pesawat pribadi tapi ternyata palsu hasil pinjaman.
Hidup sederhana dan zuhud dijalani juga oleh Sulaiman Al-Rajhi. Di usianya yang sudah 93 tahun ia memilih menyumbangkan seluruh hartanya termasuk uang tunai, saham, dan propertinya. Semasa muda ia hidup miskin sampai harus menjadi kuli panggul. Sekarang, ketika semua kekayaan sudah bisa dia dapatkan dengan kerja keras ia malah ingin menyumbangkan semuanya.
Al-Rajhi lebih memilih mati sebagai orang melarat ketimbang harus meninggalkan harta bertumpuk yang menjadi rebutan ahli waris. Ia pernah melarat dan tidak takut mati melarat. Ia tidak sempat mengenyam pendidikan lebih tinggi dari sekolah dasar karena kemiskinan, karena itu dia ingin menyumbangkan hartanya kepada orang miskin supaya bisa sekolah.
Sejak usia 9 tahun dia sudah bekerja sebagai kuli angkut barang belanjaan para pengunjung pasar Al Khadra Riyadh. Ketika berusia 12 tahun Al-Rajhi bekerja sebagai
pengumpul kurma. Ia harus tidur tanpa tikar dan tidak punya baju lain untuk ganti.
Kemudian ia mendapatkan pekerjaan sebagai koki di salah satu hotel di Riyadh dan menyambi menjadi penjual minyak. Ketekunannya menabung membuatnya punya cukup modal untuk membuka toko kelontong sendiri.
Peruntungannya semakin membaik. Ia kemudian bekerja di perusahaan pertukaran mata uang milik saudaranya, Saleh Al Rajhi. Setelah cukup memahami bisnis pertukaran uang Sulaiman membuka perusahaan pertukaran mata uang miliknya sendiri pada 1970.
Ketekunan dan kerja keras membawanya berhasil membuka 30 cabang perusahaan di seluruh Arab Saudi. Ia juga bisa mengembangkan usahanya di Mesir dan Lebanon. Ia mendirikan bank syariah Al-Rajhi dan menjadi konglomerat terkemuka di Arab Saudi dan tercatat oleh Forbes sebagai salah satu manusia terkaya di dunia.
Al Rajhi menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk kepentingan amal. Ia menyumbangkan saham bank, peternakan unggas, perkebunan kurma, serta membangun universitas gratis untuk kaum dhuafa. Ia menyerahkan dua hotel miliknya di Mekkah kepada Kementerian Kesehatan Saudi Arabia untuk penanganan Covid-19.
Al-Rajhi lebih dikenal sebagai orang kaya yang menjalani asketisme, kezuhudan. Ia tidak pernah memakai pakaian mewah dan selalu datang ke masjid lebih awal, termasuk pada saat Subuh. Kalau muadzin kebetulan terlambat, Al-Rajhi tidak segan-segan bertindak sebagai muadzin pengganti.
Baca sambungan di halaman 3: Motif Kedermawanan