Guru Harus Aktif di Ortom
Ustadzah Vita menegaskan Muhammadiyah didirikan bertujuan untuk menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk mencapai tujuan itu, Muhammadiyah menjelma sebagai gerakan Islam dakwah amar makruf nahi mungkar.
“Dalam konteks ini, maka keberadaan kita di AUM dan AUA bukan hanya sebagai pekerja profesional, melainkan juga mengemban amanah dakwah Islam. Jadi kita bukan sebagai pekerja belaka melainkan juga sebagai pengabdi,” tuturnya.
Di sinilah, sambung dia, arti penting pesan KH Ahmad Dahlan: “Hidup-hidupkan Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”
Dia menegaskan, pesan itu jika boleh ditafsirkan secara bebas berbunyi: ‘Jangan sekadar menjadi guru dan karyawan di sekolah atau madrasah Muhammadiyah. Namun lebih dari itu, perjuangkan Islam melalui Persyarikatan.”
Sekretaris Departemen Pendidikan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur itu lalu membeberkan pengalamannya. “Menurut pengalaman saya, salah satu cara untuk menjadi bagian dari Persyarikatan adalah terjun langsung secara aktif menjadi kader Muhammadiyah. di antaranya melalui organisasi otonom. Apakah itu Nasyiatul Aisyiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, atau Hizbul Wathan.”
“Dengan terjun di situ, kita akan diwarnai dan mewarnai. Diwarnai oleh ideologi Muhammadiyah karena kita sehari-hari bergelut dengan kegiatan Persyarikatan. Dan pada akhirnya kita bisa mewarnai anak didik kita dan masyarakat luas dengan dakwah amar makruf nahi mungkar,” kata Pelatih Ahli Program Sekolah Penggerak itu.
Dengan kesediaan diwarnai dan mewarnai ideologi Muhammadiyah itu, Ustadzah Vita berharap, para guru dan karyawan di sekolah atau madrasah Muhammadiyah, bukan sekadar menyandang predikat guru atau karyawan biasa. “Tetapi guru dan karyawan yang yang luar biasa,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni