Kampung Bebas Rentenir oleh Faruq Ahmad Futaqi, Manajer Bankziska.
PWMU.CO– Selasa, 26 April 2022 Mitra Bankziska mengadakan buka bersama, pencairan angsuran, bazar minyak goreng murah sekaligus peringatan milad satu tahun Kampung Bebas Rentenir.
Acara dilakukan di Masjid Darul Arqam Jintap Ponorogo. Hadir di dalamnya 70 Mitra Bankziska dan para relawan.
Tidak terasa Mitra Bankziska di kampung ini terus berkembang. Setelah diresmikan tahun lalu oleh Bupati Ponorogo dan Ketua Lazismu Jatim, banyak usaha mikro kecil terus bergabung.
Saat awal didirikan klaster Darul Arqam diikuti hanya belasan mitra. Saat ini sudah berkembang menjadi 70-an Mitra Bankziska.
Rasa syukur terlihat dari para mitra dan relawan. Mereka saling urunan untuk mengadakan buka bersama.
Sejak pagi para mitra sudah umyek menyiapkan masakan di rumah Bu Karsi. Salah satu mitra pedagang sayuran dan makanan.
Bu Asih menyumbang es cao dan gorengan, Pak Kamituwo Jintap menyumbang 10 kg beras, Pak Budi menyumbang lauk pauk dan doorprize untuk mitra. Sedangkan para mitra lainnya menyumbang tenaga untuk bareng-bareng masak di rumah Bu Karsi.
Rasa haru tak tertahan saat melihat bahagiannya para Mitra Bankziska. Apalagi saat penerima doorprize adalah ibu-ibu ultra mikro yang sudah sepuh.
Mereka adalah Mbah Ani, Mbah Sudarmi dan Mbah Sri. Ketiganya sudah sepuh. Terus berekonomi untuk menyambung kehidupannya di Kampung Bebas Rentenir.
Mbah Malem
Lalu saya teringat Mbah Malem. Mitra Bankziska yang berumur 70 tahun. Sehari-hari sebagai pedagang tempe keripik. Mbah Malem telah dibiayai dua kali oleh Bankziska. Rp 500 ribu dan Rp 800 ribu.
Saat bergabung dengan Bankziska, Mbah Malem sangat bahagia.
Sambil menangis dia menuturkan,”Matur nuwun Bankziska Lazismu purun ngampili kulo, purun percados kulo, keranten Bankziska utang harian kulo pun telas.”
Dia vercerita lagi,”Riyen kulo bade dipun ampili bank, mboten tamtu mergo kulo pun tuwo. Bank thithil ingkang ngampili kulo. Anakane kathah, harian. Soyo dangu soyo kathah. Matur suwun sanget Bankziska nulung kulo. Matur nuwun.”
(Terima kasih Bankziska, mau meminjami saya, mau percaya saya, karena Bankziska utang harian saya lunas. Dulu saya akan dipinjami bank, tapi tidak jadi karena saya tua. Akhirnya bank thithil yang minjami saya. Bunganya banyak, harian. Semakin lama semakin banyak. Terima kasih banyak Bankziska menolong saya. Terima kasih.)
Cerita Mbah Malem menunjukkan potret nyata. Bagaimana sistem ekonomi yang berkembang memang tidak berpihak pada kaum lemah.
Orientasi untung rugi materialisme sangat kental di dalamnya. Kenapa bank tidak mau meminjami orang yang sudah tua?
Jawabannya, karena membiayai orang tua berisiko dan tidak menguntungkan. Apalagi tidak punya aset jaminan dan pinjamannya kecil. Sudah tidak bankable, merepotkan.
Lalu ditangkaplah peluang ini oleh para makelar kapitalis. Dikasih pinjaman kecil, jangka pendek dengan bunga tinggi. Hal ini dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh mereka. Pinjaman ratusan ribu sampai satu jutaan dengan bunga pinjaman yang gila.
Perlu diketahui, para usaha ultra mikro lansia kebanyakan tidak bisa nulis, tidak bisa baca, lugu polos dan apa adanya. Di satu sisi keadaan mereka sangat membutuhkan bantuan. Namun harus dihadapkan dengan sistem ekonomi rente yang cukup kejam.
Maka semakin ke sini saya semakin yakin. Kehadiran Bankziska bukan hanya sunah. Tapi wajib. Keberadaannya sangat bermanfaat. Tidak hanya soal ekonomi. Tapi jalinan kekerabatan yang kuat di dalamnya.
Selain Mbah Malem, kabar sedih datang dari Mlarak. Mbah Tunar lagi sakit-sakitan. Dia sudah tidak bisa bekerja lagi. Sehari-hari sebagai pengrajin anyaman bambu.
Dulu dia punya pinjaman rente bunga tinggi jangka pendek Rp 500 ribu. Alhamdulillah sudah selesai dengan bantuan Bankziska. Mari kita doakan semoga Mbah Tunar segera sembuh dan sehat kembali. Amiin.
Editor Sugeng Purwanto