Khutbah Idul Fitri 2022: Visi dan Misi setiap Mukmin, disampaikan oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh—Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo—dalam shalat Idul Fitri 1443 di Lapangan Desa Golokan, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, 2 Mei 2022.
ألْحَمْدُ لِلَّهِ، الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، الَّذِي أَرْسَلَهُ رَبُّهُ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا.
أيها المسلمون الكرام، أوصي نفسي وإياكم بتقوى الله سبحانه وتعالى في السِّرِّ والعلانية، فإنها وصيَّة الله للأوَّلين والآخِرِين.
قال اللهُ تَعَالَى: وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ. النساء: 131
وقال سُبْحَانهُ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. آل عمران:102.
وقال جَلَّ شأنه: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ. البقرة: 197.
وقال تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ . الحشر: 18.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Marilah senantiasa kita bersyukur kepada Allah atas limpahan nikmat dan rahmat-Nya kepada kita, sehingga sampai detik ini masih dalam keadaan sehat wal ‘afiat, jasmani dan ruhani. Kita diselamatkan oleh Allah dari badai yang insyallah akan segera berlalu yaitu badai Covid-19 dengan beberapa variannya.
Kita ketahui bersama, betapa banyak di antara saudara-saudara kita sesama Muslim, bahkan tokoh-tokoh kita dipanggil oleh Allah melalui pendemi ini. Kita memohon kepada Allah semoga mereka semua senantiasa dalam keadaan husnul khatimah. Diampuni semua dosa-dosa mereka dan diterima semua amal kebaikan mereka. Amin ya mujibassailin.
Tak lupa kita menghaturkan shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam. Manusia yang sempurna dalam menerima cinta Allah, sekaligus beliau tebarkan cinta itu kepada kita sebagai umat beliau. Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa ashhabihi ajma’in.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Pada hari ini, Idul Fitri yang bermakna hari kembali berbuka atau ifthar. Setelah kita jalani puasa sebulan penuh di bulan suci Ramadhan, bulan yang agung, yang di dalamnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan fasilitas yang sangat istimewa, bagi setiap hamba-hamba-Nya. Fasilitas yang tidak terdapat pada bulan-bulan lainnya. Semoga semua amal ibadah kita dibulan suci Ramadhan kemarin diterima oleh Allah. Amin.
Oleh karena itu kita bersedih hati tetapi sekaligus bergembira, mengapa demikian? Kita bersedih tiada lain karena kita telah ditinggal oleh bulan istimewa ini, kita semua berharap semoga kita dipertemulkan oleh Allah dengan bulan Ramadhan tahun depan, dan kita berharap agar kita dapat menjalaninya dengan lebih maksimal, dengan memanfaatkan fasilitas di dalamnya. Selanjutnya kita bergembira dengan bersyukur kepada Allah dengan datangnya hari raya ini.
وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ١٨٥
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (al-Baqarah: 185)
الله اكبر, الله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Ayat di atas memberikan isyarat untuk selalu mengagungkan Allah Dzat Yang Maha Agung, dan memang begitulah semua ayat-ayat Allah baik yang tersurat atau yang terjabar di alam semesta, semua sangat mengagumkam dan semakin menambah kekuatan keimanan dan ketaatan kepada-Nya. Sebagai seorang Mukmin mesti menyadari bahwa semua ayat-ayat Allah mengandung istruksi-instruksi yang harus dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kalimat alhamdulillah, yang dimaknai dengan segala puji bagi Allah, adalah mengandung instruksi untuk kita memuji hanya kepada Allah, bukan memuji diri sendiri yang sangat tidak layak untuk itu. Sehebat apapun diri kita, semua itu adalah karena ma’unah atau pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita sungguh tidak ada apa-apanya, hanya ibarat sebutir pasir di tengah lautan pasir yang sangat luas.
Begitulah di setiap kata dan kalimat dalam al-Quran mengandung kekuatan nilai aqidah yang selalu menguatkan, sehingga gunungpun yang begitu kita lihat perkasa, tidak sanggup menerima beban kalimat al Quran. Hanya hati seorang hamba mukmin yang akan sanggup menerima ayat al Quran, kecuali jika hati itu telah membatu, maka ayat al Quran itu tidak berpengaruh sama sekali.
لَوۡ أَنزَلۡنَا هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلٖ لَّرَأَيۡتَهُۥ خَٰشِعٗا مُّتَصَدِّعٗا مِّنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ ٢١
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (al-Hasyr: 21)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Senyampang dengan itu, marilah kemudian kita melihat kembali tentang makna kehidupan ini. Allah menciptakan kita bukanlah dengan maksud bermain-main atau senda gurau, sekalipun kita boleh saja bersenda gurau di saat tertentu dan tidak berlebihan. Akan tetapi yang harus kita sadari bahwa ada sebuah tujuan yang sangat luar biasa yang diamanahkan kepada setiap insan.
أَفَحَسِبۡتُمۡ أَنَّمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ عَبَثٗا وَأَنَّكُمۡ إِلَيۡنَا لَا تُرۡجَعُونَ ١١٥ فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡكَرِيمِ ١١٦
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia. (al-Mukminun: 115 – 116)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا ٧٢ لِّيُعَذِّبَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ وَٱلۡمُشۡرِكَٰتِ وَيَتُوبَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمَۢا ٧٣
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al-Ahzab: 72–73)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Di bulan Ramadhan yang telah lalu kita dididik oleh Allah dengan berbagai aktivitas kebaikan, di antaranya di mulai dengan berpuasa yang mengandung sangat banyak sekali hikmah. Selanjutnya untuk membiasakan shalat berjamaah di masjid, tadarus al-Quran dan berusaha memahaminya, banyak-bakyak berdoa memohon kepada Allah tanpa berputus asa, berbuat baik kepada kedua orang tua dan juga berslitahurrahim melalui shalat tarawih, shalat Tarawih atau qiyamu Ramadhan, menjaga kualitas hubungan dengan keluarga dengan berbuka bersama, serta melatih kepekaan kita terhadap nasib orang-orang lemah di sekitar kita dan seterusnya.
Sudah seharusnya kebiasaan yang sudah baik itu kemudian dilanjutkan di bulan-bulan berikutnya. Termasuk di bulan syawal ini kita disunnahkan untuk berpuasa selama enam hari, boleh berturut-turut atau tidak. Dorongan untuk berpuasa enam hari di bulan syawal ini akan dihitung sebagaimana puasa setahun penuh setelah puasa di bulan Ramadhan.
Sungguh bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan untuk kualitas spiritual kita, dengan tema besar yaitu “Indahnya hidup dalam ketaatan kepada Allah”, sungguh membahagiakan sekali baik secara pribadi maupun lingkungan masyarakat.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Oleh karena itu hendaknya setiap Mukmin memiliki visi dan misi dalam kehidupannya. Visi kita sebagaimana yang dicanangkan oleh Allah adalah bahwa kita diciptakan sebagai khalifah-Nya di bumi ini. Khalifah bermakna wakil pengemban amanah, jadi kita adalah sebagai wakil-wakil Allah di muka bumi ini. Tentu dan pasti Allah telah menitipkan potensi dalam setiap jiwa kita dalam rangka menjalankan tugas ini. Karena tugas ini sungguh tidak main-main. Oleh karena itu harus ada sinergi untuk menutupi kekurangan yang lebih banyak di samping Allah menitipkan kelebihan pada masing-masing pribadi.
Jadi visi kita sebagai mukmin adalah kesadaran bahwa kita sebagai khalifah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (al-Baqarah: 30)
Visi kita adalah cita-cita mulai dalam rangka menegakkan hukum-hukum Allah baik dalam diri sendiri dan juga dalam masyarakatnya. Karena hanya dengan hukum Allah semua anggota masyarakat akan mendapatkan kebahagiaanya. Inti dari hukum-hukum Allah dalam kepentingan bersama adalah tegaknya keadilan tanpa pandang bulu.
Sedangkan misi besar kita merupakan implementasi dari visi besar tersebut yaitu sebagaimana di utusnya Rasulullah di muka bumi ini yaitu untuk menebarkan rahmatan lil ‘alamin dan bukan rahmatan lil mukminin semata.
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ ١٠٧
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (al-Anbiya’ 107)
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا كَآفَّةٗ لِّلنَّاسِ بَشِيرٗا وَنَذِيرٗا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٢٨
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Saba: 28)
Sebagai agama yang memang mengandung kebenaran universal, hukum Allah yang bersifat sosial kemasyarakatan bersifat umum. Tidak hanya untuk kepentingan kaum muslimin semata, tetapi juga bagi mereka-mereka ghairul islam. Sehingga dalam penegakan keadilan ini tidak boleh ada unsur subyektifitas di dalamnya. Siapapun dari suku serta agama apapun, termasuk jika ia masih keluarga sendiri, hukum harus ditegakkan dengan se-adil-adilnya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَئَانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ٨
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Maidah: 8)
Rasulullah memberikan contoh bagaimana beliau akan menegakkan keadilan itu bagi siapa saja. Termasuk sekiranya putri beliau tercinta melakukan pelanggaran, maka beliau sendiri yang akan menghukumnya.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا وَمَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا. رواه البخاري
Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha bahwa orang-orang Quraisy sedang menghadapi persoalan yang mengelisahkan, yaitu tentang seorang wanita suku Al Makhzumiy yang mencuri lalu mereka berkata, “Siapa yang mau merundingkan masalah ini kepada Rasulullah?” ﷺ Sebagian mereka berkata, “Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang kesayangan Rasulullah ﷺ. Usamah pun menyampaikan masalah tersebut, lalu Rasulullah ﷺ bersabda, “Apakah kamu meminta keringanan atas pelanggaran terhadap aturan Allah?” Kemudian beliau berdiri menyampaikan khotbah lalu bersabda, “Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena apabila ada orang dari kalangan terhormat (pejabat, penguasa, elit masyarakat) mereka mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada orang dari kalangan rendah (masyarakat rendahan, rakyat biasa) mereka mencuri mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya”. (HR Bukhari)
Demikianlah jamaah kita harus memahami visi dan misi kehidupan kita. Dengan kita memahami apa dan bagiaman visi dan misi kehidupan kita, maka kita akan mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan dalam kehidupan ini, yang selanjutnya menjadikan kita selalu berusaha dalam posisi kita sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi ini. Kita optimalkan kapasitas dan kemampuan kita secara terus-menerus, lalu kita dedikasikan untuk kepentingan umat atas landasan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan ma’unah atau pertolongan dalam setiap langkah kita yang selaras dengan visi dan misi besar kehidupan kita. Amin
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين
اللهم صل على محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
اللهمّ إنّا نسألك بأنّا نشهَد أنك أنت الله لا إلهَ إلا أنت، الأحد الصمدُ الذي لم يلِد ولم يولد ولم يكن له كفوًا أحد، عالم الغيب والشهادة، يا بديعَ السموات والأرض، يا ذا الجلال والإكرام، يا حيّ يا قيوم، نسألك أن تجمعَ قلوبَ المسلمين على طاعتك، اللهمّ وحّد شملهم، اللهمّ اجمعهم على الحقّ والهدى، اللهمّ أبدلهم بالذل عزًّا وبالضّعف قوّة وبالتفرّق اجتماعًا وتآلفًا، اللهمّ قوّ قلوبهم وأصلِح ولاةَ أمرهم، اللهمّ أصلح شأنهم وأعذهم جميعًا من مضِلاّت الفتن.
اللهمّ اغفِر للمؤمنين والمؤمنات، والمسلمين والمسلمات، وألِّف بين قلوبهم، وأصلح ذاتَ بينهم، وانصرهم على عدوّك وعدوّهم، واهدِهم سبُلَ السلام، وأخرجهم مِن الظلمات إلى النّور.
ربّنا اغفِر لنا ولإخواننا الذين سبَقونا بالإيمان، ولا تجعَل في قلوبنا غِلاًّ للذين آمنوا، ربّنا إنّك رؤوف رحيم.
ربّنا ظلمنا أنفسنا، وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
اللهم تقبل صيامنا واغفر لنا وارحمنا يا ارحم الراحمين اللهم حبب إلينا الإيمان وزينه في قلوبنا، وكره إلينا الكفر والفسوق والعصيان، واجعلنا من الراشدين.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ