PWMU.CO – Berfirasat buruk, merasa sial, atau meramal nasib buruk karena melihat atau mendengar sesuatu, adalah perbuatan yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Itu yang disebut tathayyur. “Karena bisa mengurangi kesempurnaan tauhid, maka tathayyur dilarang. Sebab ia bisa memutuskan tawakkal kepada Allah dengan menisbatkan kebaikan atau keburukan kepada benda.”
Hal itu disampaikan Drs H Nadjih Ihsan MAg—anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim—dalam ‘Pengajian Jumat Wage’ dengan tema ‘Ngaji Kitab Tauhid’ yang diselenggarakan Majlis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat, di BMT Mulia Jalan Pramuka Babat, Jumat (3/2).
(Baca: Din Syamsuddin: Selain Penista Agama, Nahi Munkar juga Berlaku untuk Pendusta Agama)
Nadjih menyatakan, di dalam pokok pikiran pertama Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan, hidup manusia harus berdasarkan tauhid. “Jadi sejak awal, masalah Tauhid ini sudah diprioritaskan,” kata dia. “Ada enggak warga Muhammadiyah yang menganggap sebagai firasat buruk ketika mengantar pengantin lalu bertemu jenazah di jalan?” tanya Nadjih memberi contoh perilaku tathayyur.
Tathayyur, katanya, sudah ada saat Firaun berkuasa. “Dia merasa kekuasaan itu dari dirinya. Segala kebaikan dari dirinya. Namun bila keburukan yang menimpa, dikatakan karena Nabi Musa. Kira-kira pada situasi sekarang ada enggak,” lagi-lagi Nadjih memberi contoh yang membuat hadirin tersenyum.
(Baca juga: Heran, Ada Pemimpin Muslim yang Tak Percaya Hari Akhir)
“Pikiran-pikiran kotor Firaun itu membuat Allah menghukumnya. Mungkinkan zaman modern ini Allah menimpakan adzabnya bagi mereka yang berpikiran kotor?” tanya Nadjib, yang disahut jawaban serentak, “Mungkin.”
Ngaji Kitab Tauhid diadakan sebulan sekali setiap Jumat Wage. Tempatnya berpindah-pindah dari satu amal usaha Muhammadiyah (AUM) ke AUM lainnya. Untuk kali ini, diselenggarakan oleh BMT Mulia yang berada dalam naungan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PCM Babat. (Hilman Sueb)