PWMU.CO – Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Kabupaten Karanganyar ini memang keren. Bayangkan, panti yang berdiri tahun 1994 ini wajib mengantar pendidikan anak asuhnya minimal bergelar S1. Selain itu, banyak usaha produktif yang berhasil dijalankan oleh Panti yang beralamat di Jalan Lawu 190 Tegalasri RT 04, RW 08, Bejen, Karanganyar.
Agus, pengasuh Panti, menjelaskan bahwa pola pengasuhan pada panti ini mengunakan metode partisipasif: dari dan untuk anak asuh. “Semua aturan dibuat oleh dan untuk anak asuh juga,” katanya di hadapan rombongan Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya yang berkunjung ke Panti tersebut.
(Baca: Sukses Berkarier, Alumni Panti Ini Motivasi Anak Panti Asuhan Se-Surabaya)
Dia menambahkan, unit usaha ekonomi produktif, antara lain persewaan gedung serba guna, rental bus mini, hingga penjualan air minum RO, yang bisa menjual 20-25 galon per hari. “Kegiatan-kegiatan anak asuh pun beragam, mulai dari gamelan Jawa hingga Tapak Suci.”
Ketika ditanya Abu Hasan, peserta dari Panti Asuhan Muhammadiyah Gresikan Surabaya, “Apa resep dan langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penyadaran tanggungjawab anak-anak selama tinggal di Panti,” Agus menjelaskan ada 5 kunci yang dia pakai. Yaitu, pertama kerja dengan ikhlas. “Kedua, kami membina anak dengan kasih sayang seperti anak kami sendiri,” tuturnya.
Ketiga, ada pemberian tanggungjawab dengan konsep pengasuhan sebaya, dengan menempatkan anak tertua atau yang paling senior untuk jadi Ibu asuh terhadap adik-adiknya. “Anak-anak senior dilibatkan ikut membimbing dengan pembagian tugas, masing-masing 2 anak asuh,” kata Agus.
“Kunci keempat, kami ajak anak-anak shalat malam dan berdoa bersama. Dan kelima, anak asuh kami beri kepercayaan belajar ikut mengatur keuangan.” Ketika ditanya soal biaya kuliah, Agus menjelaskan, “Biaya kuliah ditanggung oleh panti hingga lulus.”
Soal cara menangani permasalahan yang timbul dari anak-anak, Agus menjelaskan bahwa kuncinya menekan seminimal mungkin, jangan sampai ada masalah. “Dan saya selalu berdoa semoga tidak ada masalah,” tutur Agus menjawab pertanyaan Asroh dari Panti Asuhan Muhammadiyah Wiyung Surabaya.
Apa resep Agus mampu bertahan menjadi pengasuh panti selama 21? Pertanyaan Nawawi dari MPS Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kenjeran Surabaya itu dijawab singkat. “Amaliah saya adalah ikhlas. Ia adalah modal dan amaliah khusus dalam mendidik dan mengasuh anak-anak,” ujar Agus. Dia memaprkan bagaimana sikapnya dalam mengasuh Panti. “Jika marah maka dia diam. Jika saya diam anak-anak sudah peka sendiri. Berarti ada yang salah dan harus dibenahi.”
“Kami terkesima dengan model pengasuhan yang Pak Agus terapkan. Semoga teman-teman pengurus panti di Surabaya bisa mengambil pelajaran dan model-model yang bisa di terapkan,” tutur Ustad Hamri Al Jauhari MPdI, Wakil Ketua PDM Kota Surabaya yang ikut mendampingi rombongan.
Selama 3 hari Jumat-Ahad (3-5/1), perwakilan MPS Kota Surabaya yang diikuti MPS Cabang, Kepala Panti, Kaur Pendidikan dan Pengasuhan dan Kaur Keuangan Panti asuhan Muhamadiyah/Aisyiyah se-Kota Surabaya melakukan studi banding dan rapat kerja di Jawa Tengah.
Satu di antara studi banding adalah ke Panti Asuhan Yatim Aisyiyah Karanganyar ini. Acara yang berlangsung usai jamaah Shalat Subuh Sabtu (4/2) ini diakhiri dengan sarapan pagi bersama. (Ferry Yudi AS)