Hisab vs Hisab: Akar Baru Perbedaan Penentuan Awal Bulan Hijriah di Indonesia? Oleh Andi Sitti Mariyam, dosen Astronomi, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surabaya.
PWMU.CO – Sudah sejak lama masyarakat Muslim Indonesia menyaksikan perdebatan antara hisab dan rukyat. Muslim di Indonesia seringkali menjalani puasa bahkan hari raya dengan hari dan tanggal yang berbeda.
Pada umumnya orang awam menyangka bahwa perbedaan ini terjadi karena metode yang berbeda dalam penetapan awal bulan. Di mana yang satu menggunakan hisab sedangkan yang lainnya menggunakan rukyat.
Yang satu menggunakan perhitungan dalam menetapkan awal bulan, sedangkan yang lainnya harus menunggu saat Maghrib untuk mengetahui apakah malam ini akan shalat Tarawih atau besok akan shalat Id.
Muhammadiyah dipandang sebagai penganut hisab karena telah mengumumkan awal bulan hijriah, terutama Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah jauh lebih dahulu tanpa menunggu konfirmasi hasil rukyat di hari ke-29 bulan Hijriah.
Sedangkan Kementrian Agama, Nahdlatul Ulama, dan mayoritas ormas Islam biasanya akan menggelar proses rukyatul hilal dan Sidang Itsbat untuk menetapkan apakah besok awal bulan Hijriah atau tidak. Anggapan selama ini bahwa perbedaan yang terjadi berakar dari penggunaan metode hisab versus rukyat.Tentu demikian adanya.
Baca artikel terkait: Kriteria Baru Ini Bikin Perbedaan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah makin Tajam: Studi Kasus 1443
Hisab Hakiki Wujudul Hilal Muhammadiyah
Hisab Muhammadiyah adalah hisab hakiki kriteria wujudul hilal. Dalam buku Pedoman Hisab Muhammadiyah dijelaskan bulan Qamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat berikut secara kumulatif.
Yaitu pertama, telah terjadi ijtimak atau konjungsi (posisi bulan di antara matahari dan bumi segaris). Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam. Dan ketiga, pada saat matahari terbenam bulan (piringan atasnya) masih berada di atas ufuk.
Apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak dipenuhi, maka bulan berjalan digenapkan tiga puluh hari dan bulan baru dimulai lusa. Jika diterjemahkan dengan angka, kriteria hisab hakiki wujudul hilal adalah ketinggian hilal saat matahari terbenam minimal lebih besar dari > 0 derajat.
Baca sambungan di halaman 2: Neo MABIMS: Hisab Imkanur Rukyat