Tiga Arti Penting Idul Fitri
Makna dan hakikat Idul Fitri paling tidak mengandung tiga arti penting, yaitu:
Pertama, hari asal kejadian manusia bagaikan manusia yang lahir ke dunia ini dalam keadaan suci dan bersih, tanpa membawa dosa apapun, karena berpuasa dengan iman dan penuh perhitungan (ihtisaban) selama bulan Ramadhan.
Kedua, merayakan Idul Fitri (tanggal 1 Syawal) merupakan hari diwajibkan berbuka dengan makan, minum, dan bergembira bagi umat Islam (yaum ukli wa syurbi wa jahbati lil muslimin) karena pada hari diharamkan untuk berpuasa pada 1 Syawal.
Ketiga, hari kemenangan bagi segenap umat Islam, karena mereka telah berjuang dengan sungguh-sungguh (berjihad) melawan kezaliman, hawa nafsunya selama satu bulan penuh. Maka pada saat Idul Fitri umat dan bangsa merayaan kemenangan tersebut dengan penuh rasa syukur, haru, kegembiraan dan suka-cita dengan saling memaafkan antarsesama anak bangsa.
Tiga Cara Merawat Semangat Idul Fitri
Oleh sebab itu saya mengajak umat Islam dan seluruh berkomitmen bangsa memelihara, menjaga, dan mengawal kesucian diri (fitrah) tersebut setidaknya dengan tiga sikap, yaitu:
Pertama, ihsan adalah lawan dari sikap kejelekan (isa’ah). Yaitu seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri untuk tidak dengki, tidak khianat, tidak sombong kepada orang lain, karena prilaku ihsan merasa diawasi dan diperhatikan oleh Allah SWT.
Ihsan terbagi menjadi dua macam, yaitu ihsan di dalam beribadah kepada Sang Pencipta (Al-Khaliq) dan ihsan kepada makhluk semua ciptaan Allah dengan saling memaafkan lahir dan batin.
Kedua, bersyukur, yakni berterima kasih, senang memperoleh nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya baik dengan lisan, hati maupun perbuatan. Nikmat berupa rezeki yang telah diberikan Allah kepada manusia tidak akan mampu menghitungnya. Sebagai wujud rasa syukur di saat bangsa ini mengalami gonjang ganjing ekonomi kita harus bekerja keras untuk melakukan pemulihan ekonomi.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. (Ibarhim ayat 7)
Ketiga, istikamah, yakni konsisten dalam menempuh jalan Islam yang lurus (benar) dalam keyakinan (keimanan) dan kebenaran (hak) dengan tidak berpaling dari keyakinan dan kebenaran tersebut.
Istikamah dalam semua bentuk ketaatan kepada Allah lahir, batin dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. Termasuk mencegah segala macam fitnah, adu domba dari buzzerterlebih dalam menjaga kesehatan dengan cara wajib iman, wajib aman dan wajib imun dalam mencegah pandemi Covid-19. Kita optimis umat sehat, menjadi negara yang kuat untuk berdaulat. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni