Teladan Optimisme Nabi dalam Berdakwah, liputan Dadang Prabowo, kontributor PWMU.CO Pasuruan
PWMU.CO – Vice President Net TV, Dr H Heri Kustanto MM menyampaikan khutbah Idul Fitri di Stadion Untung Suropati Kota Pasuruan, Senin (2/5/22). Dia menyampaikan pentingnya menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan dalam hidup dan berdakwah.
Menurut Heri, umat Islam sudah seharusnya menyampaikan shalawat beriring salam dalam berbagai munasabah, karena beliau adalah manusia pilihan Tuhan, junjungan umat Islam, pemimpin dan teladan sepanjang zaman–pemimpin umat sekaligus panglima perang.
Teladan dalam Berumah Tangga
Sebagai suami dan kepala keluarga, ucap Heri, Nabi Muhammad adalah sosok suami ideal: paling sabar dan bagus akhlaknya kepada istri dan keluarganya.
Dia bercerita, pernah suatu hari beliau lapar, dan bertanya kepada istrinya: “Adakah tersedia makanan bagiku, istriku?”
Istrinya, Aisyah menjawab: “Tidak ada ya Rasulallah.
Lalu beliau menjawab: “Baiklah, aku akan berpuasa hari ini.”
Teladan dalam Berdakwah
Lebih dari itu, menurut Doktor Ilmu Manajemen Universitas Negeri Jakarta itu, Nabi Muhammad memiliki hati yang lembut dan pemimpin paling adil, bahkan kepada musuh bebuyutannya.
Kepada pemimpin kabilah yang sedang berselisih tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad di tempatnya, Nabi Muhammad berhasil keluar sebagai seorang yang berhak mendapatkan kehormatan itu.
Tapi bukannya meletakkan batu mulia itu di tempatnya sendiri, dia malah membentangkan kain, diletakkannya Hajar Aswad di atas kain tersebut, kemudian meminta setiap pemimpin kabilah memegang setiap ujung kain dan membawanya sampai ke tempatnya.
Barulah ketika sampai di tempatnya, dengan tangannya yang mulia, Nabi Muhammad meletakkan batu hajar aswad di tempatnya.
“Karena peristiwa itu, Muhammad kemudian mendapat gelar al-Amin (orang terpercaya), dari para pemimpin kabilah Arab, di usianya yang relatif muda,” ungkap Heri.
Selain itu, lanjut mantan guru SMA Muhammadiyah 1 Kota Pasuruan itu, Muhammad adalah manusia yang keluar dari mulutnya kebaikan, perilakunya menyenangkan, kata-katanya meneduhkan dan menyejukkan, dan mulutnya terhindar dari kata-kata menyakitkan bagi yang mendengarkan.
Baca sambungan di halaman 2: Doa Nabi di Thaif