Bolehkah Niat Puasa Syawal sekaligus Puasa Qadha? Oleh Ustadzah Ain Nurwindasari. Artikel terkait baca: Puasa 6 Hari Syawal, Harus Berurutan atau Boleh Selang-seling?dan Hukum Puasa Syawal sebelum Bayar Utang Puasa Ramadhan.
PWMU.CO – Puasa Syawal ialah puasa sunnah yang dilakukan sebanyak enam hari pada bulan Syawal. Keutamaan puasa Syawal bagi orang yang telah melaksanakan puasa Ramadhan ialah sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits bahwa pelakunya diberi pahala sama dengan puasa satu tahun.
Di antara hadis yang menyebutkan keutamaan puasa 6 hari Syawwal ialah yang diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari RA:
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِيِّ، – رضى الله عنه – أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ [رواه مسلم، والترمذي،وابن ماجه، وأبو داود)
Artinya: Dari Abu Ayyub al-Anshari RA bahwa ia mendapat riwayat bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa sudah melakukan puasa Ramadan, kemudian menambahkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia telah melaksanakan puasa sepanjang masa. (HR Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud).
Pada kondisi tertentu sebagian umat Islam tidak bisa melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh karena suatu halangan, baik karena haid, nifas, sakit, atau perjalanan jauh. Hal ini menyebabkan ia memiliki hutang puasa dan harus meng-qadha-nya setelah berlalunya Ramadhan.
Bolehkah Berpuasa Syawal dengan Niat sekaligus Membayar puasa Ramadhan?
Terkait masalah ini para ulama berbeda pendapat. Pada dasarnya para ulama membedakan antara puasa qadha’ sebagai ibadah wajib dan puasa Syawal sebagai ibadah sunnah.
Sebagian ulama membolehkan menggabungkan niat ibadah wajib dengan ibadah sunnah. Seperti puasa qadha’ Ramadhan yang dilakukan bertepatan dengan puasa Arafah. Hal ini karena puasa Arafah merupakan ibadah yang ghairu maqshudah (ibadah yang tidak ada maksud khusus, yang penting dilaksanakan pada suatu waktu tertentu).
Sehingga ketika seseorang membayar utang puasa bertepatan dengan hari Arafah maka ia sekaligus mendapatkan pahala puasa ‘Arafah.
Adapun puasa qadha’ diniatkan sebagai puasa Syawal ketika dilakukan di bulan Syawal kebanyakan ulama tidak membolehkan. Hal ini karena puasa qadha’ adalah termasuk ibadah wajib yang maqshudah (ibadah yang memiliki maksud khusus) dan puasa Syawal juga merupakan ibadah yang memiliki maksud khusus. Apalagi ibadah puasa enam hari Syawal merupakan ibadah yang mengiringi puasa Ramadhan itu sendiri.
Masalah ini juga pernah dibahas oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam buku Tanya Jawab Agama Vol II. Bahwa puasa merupakan ibadah mahdhi (mahdhah), yaitu ibadah yang tata caranya telah ditentukan dan dirinci oleh al-Qur’an maupun hadits.
Sedangkan di dalam al-Quran maupun hadits tidak ada tuntunan pelaksanaan puasa qadha Ramadhan yang digabungkan dengan puasa Syawal maka pelaksanaan kedua puasa tersebut hendaknya dilakukan sendiri-sendiri. Artinya dilakukan puasa wajib (qadha puasa Ramadhan), baru kemudian melakukan puasa sunnah enam hari Syawal.
Wallahu a’lam bish shawab. (*)
Ustadzah Ain Nurwindasari SThI, MIRKH adalah anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Asiyiyah (PDA) Gresik; alumnus Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) PP Muhammadiyah dan International Islamic University of Malaysia (IIUM); guru Al-Islam dan Kemuhammadiyahan SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik.
Editor Mohammad Nurfatoni