Muhammadiyah Tak Pernah Haramkan Ucapan Minal Aizin wal Faizin, liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Keluarga Besar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur menggelar halalbihalal bersama majelis, lembaga, dan ortom di Aula Mas Mansur Gedung PWM Jatim, Selasa (10/5/22)
Dalam silaturahim itu, hadir Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd, Ketua PP Muhammadiyah Prof Syafiq A Mughni, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Prof Dr H Zainuddin Maliki MSi, Ketua PWM Jatim Dr M Saad Ibrahim MA, dan Ketua PWA Jatim Siti Dalilah Candrawati beserta jajarannya.
Mengawali sambutan dan tausiahnya, Saad Ibrahim mengucap Taqobbalallahuminnawaminkum versi pendek maupun versi lengkapnya. Dia lantas menerangkan makna Halalbihalal. “Ya’lu khoto’i ma’fuan ‘inda wakhoto’i ma’fuan ‘indi. Atau disingkat halal bi halal itu afwu bi afwin,” ucapnya.
Dia menegaskan, pentingnya pemaafan dalam relasi antarsesama manusia menurutnya sama halnya dengan hubungan manusia dengan Allah SWT. “Yang paling penting adalah dapat Maghfirah dari Allah,” tegasnya.
Bantu Pihak yang Lemah
Kemudian di akhir sambutannya, dia mengingatkan, masih banyak PDM, PCM, dan PRM di Jawa Timur yang masih ‘berpuasa’ panjang. “Puasa itu intinya al-imsak. Dalam al-imsak itu ada investasi. Mereka-mereka itu belum banyak berinvestasi dengan mendirikan amal-amal usaha Muhammadiyah sehingga sampai sekarang pun harus tetap berpuasa,” ujarnya.
Maka, melalui forum ini, Saad mengajak seluruh Amal Usaha Muhammadiyah untuk membantu memberi ‘takjil’. “Kewajiban kita, amal usaha yang sudah sangat berhasil, yaitu memberikan ‘takjil’, buka bersama, supaya mereka bisa cepat ‘berhari raya,” imbuhnya.
Dalam konteks inilah, lanjutnya, Allah menjanjikan melalui hadits Nabi: “Allahu fiil abdi maa kanal abdu fiil abdih.” Artinya, “Allah akan menolong hambaNya ketika hambaNya menolong selamanya.”
“Maka, jika ada PDM berhari raya, tapi ada PDM sebelahnya yang kelaparan, apalagi sampai mati, maka PDM yang kaya raya itu disebut tidak beriman kepada Allah dan hari akhir,” ucapnya serius namun memantik tawa seisi ruangan.
Dia menegaskan, ini berbeda dengan taawun karena pihak yang diberi berada di level bawahnya. “Kalau taawun itu harus selevel, ada take and give. Tidak berlaku alyadul ulya khoirum minal yadissufla,” imbuhnya.
Dia pun mengingatkan pentingnya lebih berpihak pada yang lemah, sebab pada doa orang yang lemah itu tidak ada hijab dengan Allah SWT. “Melalui orang-orang yang lemah di antara kita itu, rasanya Muhammadiyah ini menjadi besar,” ucapnya.
Baca sambungan di halaman 2: Klarifikasi Kesalahpahaman