Warga Muhammadiyah Harus Belajar dari Berita Bohong yang Menimpa Aisyah; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd mengajak peserta Halalbihalal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur mengambil pesan dari kisah tersebarnya berita fitnah perselingkuhan Aisyah RA dengan seorang sahabat Nabi.
Ialah kisah pada surat an-Nur tentang kebohongan yang sangat besar. Mulai ayat 18, kata Prof Mu’ti, termuat cerita peristiwa sekitar tahun ke-5 setelah hijrah—ada yang menyebutkan terjadi pada Syaban, setelah peperangan dengan Bani Mustalik.
“Nabi berperang dengan Bani Mustalik. Seperti biasa, ketika berperang, beliau selalu didampingi salah satu istrinya. Waktu itu, yang dapat giliran mendampingi adalah Aisyah RA,” kisahnya di Aula Mas Mansur Kantor PWM Jatim, Selasa (10/5/22) siang.
Dalam setiap perang, istri Nabi dimasukkan dalam tandu dan diangkat para sahabat. Di tengah peperangan, Aisyah keluar untuk suatu hajat, dia merasa kalungnya hilang.
“Sebenarnya buka kalung yang mahal, bukan terbuat dari emas atau perak tapi dari tulang unta. Bayangkan kalung istri nabi terbuat dari tulang unta!” lanjutnya.
“Kalau (kalung) istrinya Pak Zainuddin (Maliki, anggota DPR RI) saya nggak tahu terbuat dari apa. Kalau istri saya nggak pernah kalungan,” candanya di tengah cerita, sehingga hadirin kompak tertawa.
Lanjut menceritakan Aisyah RA, ketika kembali ke tandunya, tandu itu sudah tidak ada. “Sudah diangkat karena perang sudah selesai,” tutur Prof Mu’ti.
Pertemuan Aisyah dan Shafwan
Aisyah pun berhenti di mana menurutnya tandu itu sebelumnya diletakkan. Sampai beliau tertidur di sana. Di lokasi yang sama, ada sahabat bernama Shafwan ibnul-Mu’aththal as-Sulamimelakukan pengecekan akhir. Dia sangat kaget melihat istri Rasul tertidur sendirian di bawah pohon.
Shafwan seorang sahabat yang sangat taat dan bertakwa. Dia langsung mengucap, “Innalillahi wainna ilaihirajiun!”
“Kalau sekiranya yang melihat Abdul Mu’ti saya kira ceritanya berbeda,” candanya lagi. “Ini ada sendirian begini, sepi, nobody, masak hanya diam saja?”
Tapi karena Shafwan menjaga muruah dan iffah yang terjaga akhlaknya, dia menunggu sampai Aisyah terbangun. Lalu dia mengantar Asiyah pulang naik untanya. “Tapi jangan bayangkan mereka bedua naik unta! Ini bedanya dengan pemuda Muhammadiyah,” selorohnya.
Jadi Shafwan mempersilakan Aisyah naik unta, sedangkan dia menuntunnya.
Fitnah Aisyah dan Shafwan
Ketika memasuki Madinah, orang-orang munafik yang melihat mereka pulang berduaan langsung menyebarkan berita bohong terjadi perselingkuhan antara keduanya.
“Karena ini menyangkut selebriti, istri nabi itu kan selebriti ” ujarnya membuat hadirin tertawa, “mesti apapun beritanya laku dijual,” lanjutnya. Maka tersebar luas berita itu, sampai ke Abu Bakar dan Nabi SAW.
Nabi Muhammad pun, kata Prof Mu’ti, sempat goyah dengan berita itu. Beliau sampai tidak mau menyapa Aisyah beberapa hari. “Namanya suami, tahu istrinya bersama orang lain, tetap saja ada rasa cemburu. Kalau istrinya disenangi orang tapi nggak cemburu, itu error!” ujarnya bersambut gerrr.
Dia lantas mengingatkan, di antara kunci saling mencintai itu salah satunya ada rasa cemburu. “Tapi cemburunya harus cemburu yang cerdas. Nggak boleh cemburu buta,” imbaunya.
Baca sambungan di halaman 2: Sahabat Sebarkan Hoax