Kiat-Kiat Menulis Kreatif. Liputan Erfin Walida Rahmania, Kontributor PWMU.CO Surabaya
PWMU.CO – Redaktur Eksekutif Majalah Suara Muhammadiyah, Mu’arif, berbagi tips mengawali proses menulis kreatif.
Menurutnya, menulis cepat adalah sebuah skill yang terlatih. Tidak ada mata kuliah atau pelajaran manapun.
Muarif menjelaskannya dalam Workshop Penyusunan Modul Training of Trainer Eco Bhinneka Nasyiatul Aisyiyah yang digelar di The Alana Hotel Malioboro Yogyakarta pada Kamis-Sabtu (12-15/5/2022).
“Tapi tak ada jaminan untuk bisa menulis dalam waktu satu malam lho, ya,” tandasnya sambil terkekeh.
Menurut Mua’arif, dua tingkatan menulis cepat yakni menyalin (rekam proses) dan menulis (proses kreatif).
“Yang pertama ini permulaan. Kedua yang lebih naik tingkatnya,” jelasnya.
Ia pun mencoba memetakan jenis ide, yakni ide potensial dan ide aktual. Ide potensial seperti halnya merenung dan perdebatan dengan lawan main yang tidak tampak. Sedangkan ide aktual seperti membaca dan lainnya.
Mu’arif memaparkan, terdapat lima hal yang mendukung dalam proses menulis cepat.
“Ini ibarat gizi tubuh. Semakin banyak idenya, akan semakin lancar nulisnya,” tandas pengkaji sejarah Muhammadiyah tersebut.
Lima Kiat Pendukung Proses Menulis
Lima hal tersebut adalah mood (suasana hati), materi tulisan, tips mengumpulkan, memilah, serta memilih data, menyusun kerangka tulisan, dan tips mengawali menulis kreatif.
Ia pun mengenang masa lalunya yang meniru Nur Kholiq Ridwan, yakni salah satu penulis buku, yang membawa catatan kecil sambil mencatat hal-hal penting di toko buku.
Bedanya, ia mengumpulkan data dengan membawa kertas buram ke perpustakaan. Setelah 15 tahun menulis, ia mencermati bahwa paragraf pertama dan kedua dalam tulisan sangatlah menentukan.
Selain cara untuk mengelola mood seseorang, menentukan niat juga penting, serta mencari suasana yang mendukung, dan yang terakhir adalah deadline.
“Yang terakhir ini yang paling ampuh,” jelasnya.
Redaktur Suara Muhammadiyah ini pun memberikan tips mengawali proses menulis kreatif. Pertama, menulis hasil menangkap ide potensial dari hasil merenung.
Kedua, bisa mengawali tulisan dengan sebuah pertanyaan mendasar yang kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat kontradiktif sebagai sangkalan.
“Ketiga, data faktual (kasus) ditulis apa adanya secara naratif pada kalimat pertama, kedua, dan seterusnya. Lalu pada akhir paragraf dibuat pertanyaan atau kritik,” jelasnya.
Di akhir sesi, ia meminta peserta menggabungkan tiga isu besar terkait Eco Bhinneka, yakni toleransi, ekologi, dan stunting.
“Cobalah nanti cari irisan dari tiga isu besar tadi agar dapat disatukan. Nantinya, peserta saling mengoreksi tulisan. Kalau teman peserta paham, berarti tulisanmu sudah baik dan bisa dipahami,” tandasnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni