Ahmad Surkati sang Pendidik
Kepada Ahmad Surkati, Natsir juga pernah berguru. Siapa dia? Ahmad Surkati pendiri Al-Irsyad. Dia guru dari banyak tokoh nasional.
Ahmad Surkati lahir di Sudan pada 1875. Dia, yang menulis sejumlah buku, karena kedalaman ilmunya dihormati dan diikuti oleh banyak kalangan.
Dr. H. Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka) menyebut, bahwa ulama besar di Jawa hanya Ahmad Surkati. Masih kata dia, Ahmad Surkati teguh pendirian dan ilmunya amat dalam, serta hatinya sangat tawaddu.
Hassan, tokoh Persis dan seorang penulis yang produktif, punya catatan. Bahwa, kata dia, Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan Haji Zamzam (pendiri Persis) adalah murid-murid Ahmad Surkati.
Murid Ahmad Surkati memang banyak dan sebagian lalu menjadi tokoh yang dikenal luas. Sekadar menyebut, Mas Mansur dan Fachroddin (pemuka Muhammadiyah), Abdul Halim (pemuka Persyarikatan Ulama yang kemudian menjadi Persatuan Umat Islam, PUI), serta Kasman Singodimedjo (aktivis Jong Islamieten Bond, JIB) adalah murid Ahmad Surkati.
Natsir, juga berguru kepada Ahmad Surkati. Hanya saja, dalam hal kesempatan bertemu dengan Ahmad Surkati tak sesering seperti dengan A. Hassan dan Agus Salim. Tentang ini, karena Ahmad Surkati menetap di Jakarta dan Bogor, sementara Natsir di Bandung.
Meski ada masalah jarak, Natsir cukup sering berguru langsung dengan cara datang ke rumah sang guru di Jakarta. Hemat Natsir, Ahmad Surkati banyak menyampaikan pemikiran Rasyid Ridha – seorang pembaru yang terkemuka.
Ada yang tak terlupakan bagi Natsir. Fragmen itu berupa pengalaman Natsir di salah satu kunjungannya ke Ahmad Surkati, di rumahnya, untuk belajar.
Kala itu, kebetulan di rumah Ahmad Surkati sedang ada pengajian dari kalangan Al-Irsyad. Begitu Natsir masuk, langsung oleh Ahmad Surkati diperkenalkan kepada yang hadir.
“Saudara sekalian, Saudara Natsir tinggal di Bandung. Dia punya kegiatan pendidikan yang lebih besar dari apa yang kita lakukan,” terang Ahmad Surkati kepada yang hadir.
Natsir merasa penggambaran dirinya oleh Ahmad Surkati berlebih-lebihan. Tetapi, begitulah antara lain cara sang guru dalam mendidik.
Inspirasi Tak Bertepi
Tentu, banyak inspirasi yang bisa kita ilmui dari ketiga guru Natsir seperti yang sedikit tergambar di atas. Sebagian di antaranya, adalah: Bahwa, sebagai guru: Pertama, tidak memberi ilmu dengan cara mendikte. Kedua, murid sering diperlakukan sebagai sahabat, dengan cara berdialog, berdiskusi, bahkan berdebat.
Ketiga, menyediakan fasilitas yang diperlukan agar ilmu murid terus berkembang signifikan. Keempat, memberi kesempatan tampil di masyarakat.
Kelima, memberi peran sesuai kapasitas yang dimiliki murid. Keenam, merangsang murid untuk selalu bisa menemukan jawaban sendiri atas masalah yang dihadapinya. Ketujuh, memberikan penghargaan secara proporsional.
Demikianlah, sebagai guru mereka bertiga—A. Hassan, Agus Salim, dan Ahmad Surkati—berhasil menyiapkan murid untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal. Di titik ini, Buya Mohammad Natsir adalah salah contoh terbaik hasil didikan itu. (*)
Mohammad Natsir dan Tiga Gurunya yang Inspiratif: Editor Mohammad Nurfatoni