Belajar dari Kisah Thomas Alfa Edison
Sekretaris Foskam SMP/MTs Jawa Timur itu mengatakan jika ingin menjadi anak yang cerdas dan sukses syaratnya tidak boleh putus asa. “Seperti Thomas Alfa Edison,” kata Fony memberi contoh.
“Ada yang tahu Thomas Alfa Edison?” tanya dia kepada peserta apel.
“Penemu lampu,” jawab peserta kompak.
“Rumahnya di mana Thomas Alfa Edison? Di Jalan Berlian VI ya?” tanya Fony sambil tertawa bercanda.
Thomas Alfa Edison dijuluki sebagai orang jenius. Padahal sebelum Thomas berhasil menemukan lampu pijar, berapa kali dia gagal? Dua kali? Sepuluh kali? Ataukah seratus kali?
“Jadi Thomas Alfa Edison baru bisa berhasil membuat lampu menyala ‘ting’ setelah 9955 kali gagal,” kata Fony.
Nah, lanjutnya, kalau anak-anak baru sekali ikut lomba kemudian gagal, dan tidak mau ikut lomba lagi itu berarti bukan ciri-ciri anak yang mau sukses.
“Satu contoh lagi, misalkan mengerjakan perkalian sama ustadzah Tini terus dapat nilai minim, ya jangan putus asa, dicoba, dicoba, dicoba terus, jangan mau kalah sama Thomas Alfa Edison,” pesannya.
“Apalagi saat ini sedang digaungkan merdeka belajar. Anak-anak bebas mengekspresikan diri dan mengeksplorasi sesuai dengan bakat dan minatnya,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, di Berlian School insyaallah ustadz-ustadzah selalu berupaya menjembatani apa yang menjadi cita-cita anak-anak semuanya. Apalagi Berlian juga merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Gresik.
Di akhir amanat, Fony menyimpulkan untuk menjadi generasi yang cerdas dan sukses di era merdeka belajar harus mampu memiliki empati dan sikap tidak mudah putus asa.
Setelah memberikan amanat, dia berjalan menghampiri dan menyalami Muhammad Affan Raka Isdihan (V-Mas Mansyur), sang pemimpin apel. Ia juga memberikan selamat kepada para petugas apel yang sudah menjalankan tugas dengan baik. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni