Lima Kecerdasan
Buya Amirsyah berpesan agar umat Islam, khususnya Muhammadiyah, terus berikhtiar meningkatkan sumber daya manusia melalui 178 perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia dengan menekankan lima kecerdasan.
Pertama, kecerdasan intelektual yang tidak sekadar mampu menggunakan hitungan secara matematika, juga cerdas dalam menghitung kondisi yang menguntungkan untuk pengembangan dunia saja.
Kedua, kecerdasan emosional agar mampu merawat semangat yang membuat seorang sukses.
Ketiga, kecerdasan spritual guna mewujudkan kekuatan iman dan takwa (imtak) guna membangun dunia usaha yang sukses.
Keempat, kecerdasan soasial yakni kemampuan menjadikan masyarat sebagai aset sosial kapital, berdasarkan human capital.
Kelima, kecerdasan enterphereuner guna mewujudkan lapangan kerja yang memiliki ketrampilan hidup (life skill).
Atas dasar itu, menurutnya, sivitas akademika ITB AD berusaha terus mengamalkan hadits:
عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Dari Ibnu Syihab dia berkata: “Telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Barangsiapa ingin lapangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari, Shahih No. 5986 versi Fathul Bari)
“Ke depan kita harus siap mengahadapi tantangan yakni setiap individu, unit, komunitas, musti didorong menjadi produsen. Petakan potensi diri, unit, community agar terus berproduksi semakin banyak dan semakin variatif,” ujarnya.
Menurutnya ekosistem yang dibangun berupa komunika, Sadiqi pay, telemedicine, melalui AD Metaverse yang dipimpin Direktur PT Sadiqi Budi Darsono.
Dia mengatakan, AD Metaverse terinspirasi dari masyarakat madani yang dibangun Rasulullah. “Metaverse membuka kesempatan kepada semua pihak, tanpa jarak, toko di pelosok negeri seolah olah ada di depan mata, intermediasi semakin tidak dibutuhkan, karena produsen dan konsumen semakin dekat,” ujarnya.
Menurut Buya Amirsyah ada dua tantangannya; pertama, secara internal tata kelola harus solid, karena itu setiap individu, unit, dan komunitas, mesti didorong menjadi produsen, agar semakin berperan.
Pejuang besar agar berproduksilah, petakan potensi diri, unit, dan community agar terus berkembang semakin banyak dan semakin variatif.
Secara ekternal, ekosistem harus mampu bersaing dengan banyak platforn yang dibangun berupa komunika, sadiqi pay, telemedicine, desa, cetak, pasar, kampus, dan lain-lain yang akan terus berkembang.
Buya Amirsyah menutup tausiyah dengan dasar al-Maryam 96:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا
Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka).
Dalam kesempatan tersebut Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri yang juga Wakil Ketua Majelis Dikti Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan usai Ramadhan umat Islam telah memiliki energi dan kekuatan baru dengan kualitas iman sesuai dengan tujuan puasa itu, yakni menjadi insan yang bertakwa.
Untuk itu mengajak umat Islam menjadikan silaturrahmi sebagai kekuatan (silaturrahmi of power) memiliki nilai yang sangat berharga untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni