Ucapan Ibu Tua yang Getarkan Jiwa Kepala BKP SDM Lamongan yang Baru, liputan Mohamad Su’ud, kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Pengajian halalbihalal tidak boleh lama-lama. Pengajian di Ramadhan sudah komplet. Sebelum berbuka ada ceramah, setelah Tarawih ada kultum dan setelah Subuh ada kajian.
Demikian guyonan segar yang disampaikan Drs Shodikin MPd, mengawali tausiah halalbihalal yang diselenggarakan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, Senin (16/5)2022).
Ketua PDM Lamongan itu mengingatkan, bulan Syawal adalah bulan peningkatan dan pembuktian. “Setelah satu bulan kita menjalankan puasa Ramadhan, maka sekarang tinggal melakukan langkah aplikasinya,” tandas pria yang baru sepekan dilantik menjadi Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKP SDM) Kabupaten Lamongan.
Soa jabatan barunya itu, Shodikin punya kisah menarik. “Beberapa jam setalah saya dilantik sebagai BKP SDM Kabupaten Lamongan, masuk ribuan ucapan selamat, di chat WhatsApp,” ungkapnya.
Namun, lanjut Shodikin, sehari setelahnya, ada seorang ibu sudah tua, tidak memberi ucapan selamat, tapi mengirim kalimat yang menggetarkan hatinya, disertai foto lama yang Shodikin sendiri tidak tahu foto kapan dan di mana.
“Tetaplah istikamah berdakwah, meskipun tugas duniawiah bertambah,” terang Shodikin sambil mata berbinar.
“Kalimat inilah yang menggetarkan jiwa saya,” ucapnya.
Membangun Hati
Apa langkah aplikasi setelah Idul Fitri? Shodikin mengutip al-Quran surat al-A’la ayat 14:
قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ تَزَكّٰىۙ
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman),”
Dan al-Quran surat asy-Syams
قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ زَكّٰٮهَا
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) (ayat 9)
وَقَدۡ خَابَ مَنۡ دَسّٰٮهَا
Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya (ayat 10)
Shodikin, mengingatkan agar kita melakukan tazkiatul qulub (pembersihan jiwa) dari perilaku kesyirikan, baik kecil maupun besar. “Saya tidak menjelaskan apa itu syirik besar dan kecil. Kita semua sudah paham,” tandasnya.
Baca sambungan di halaman 2: Kedengkian Menutup Kebenaran