Kedengkian Menutup Kebenaran
Shodikin menyampaikan, agar Ramadhan tetap terjaga, maka kita mulai dengan membersihkan hati dari kedengkian. Menurut dia, salah satu bentuk kedengkian adalah tidak bisa mengapresiasi kebaikan orang lain.
Shodikin memberikan permisalan, “Ada teman Anda menceritakan kebaikan orang lain kepada Anda, tapi Anda berkomentar tidak tulus dan terkesan sinis, bahkan disertai dengan kata tapi,” urai Shodikin.
Kalau ingin maju, lanjutnya, maka kedengkian harus dikikis. Karena kedengkian menghapuskan kebaikan seperti api menghanguskan kayu kabar.
Lalu, Shodikin mengutip hadits Nabi SAW, yang artinya, “Dari Anas, bahwa Rasulullah SAW (beliau) bersabda: “Kedengkian akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar, dan sedekah akan menghapus kesalahan sebagaimana air dapat mematikan api. Shalat adalah cahaya seorang mukmin, sedangkan puasa adalah perisai dari api neraka.” (HR Ibnu Majah)”
“Itulah orang yang bangkrut di akhirat,” tegas pria asal Dusun Sumberwungu, Desa Kedungpengaron, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan ini.
Bahayanya Sifat Sombong
Menurut Shodikin, kesombongan juga bisa menutup kebenaran, seperti merasa senior, merasa titelnya tinggi, merasa sosialnya terhormat, dan sebagainya.
“Abu Lahab termasuk contoh manusia sombong, yang tidak menerima kebenaran dari Nabi Muhammad, karena senioritas,” jelas Shodikin.
Dengan nada santai, Shodikin membuat permisalan yang terjadi di masyarakat.
“Di sebuah sekolah ada masukan guru baru kepada guru yang sudah lama mengajar. Lalu guru yang merasa senior bilang, ‘Kamu ini usianya masih muda, jangan sok menggurui orang tua’,: urainya disambut dengan tawa peserta yang hadir.
Shodikin berpesan kepada para kepala sekolah peserta acara ini, agar selalu terbuka terhadap masukan dari mana saja datangnya. “Jangan melihat siapa yang memberi nasihat. Jangan melihat usia, atau title. Lihatlah isi nasihatanya,” tutur Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Modo, periode 2005-2010, ini. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni