Kehidupan yang Berputar
Biyanto kemudian menjelaskan tentang konsep mudaawalah yang artinya pergiliran (rolling). Dia mengatakan kehidupan ini terus berputar dan setiap manusia akan mengalami pergiliran kehidupan. Kadang menjabat, lalu tidak menjabat.
Biyanto menyampaikan, suatu masa, manusia dihadirkan pada kondisi yang membahagiakan kadang menyedihkan dan lain sebagainya. Menurutnya, penggerak persyarikatan ini perlu belajar dari kejadian Perang Badar dan Uhud yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.
Pada saat terjadi Perang Badar, kaum Muslimin hanya berjumlah 300 pasukan berhasil memenangkan peperangan melawan 1000 tentara kafir Quraisy. Satu lawan tiga lebih, dan menang.
Sementara pada Perang Uhud jumlah pasukan kaum Muslimin sama banyak, tetapi kalah. Pada waktu itu, Biyanto menerangkan pasukan panah kaum Muslimin turun dari bukit, turun untuk berebut ghanimah (barang rampasan perang).
“Nah, kondisi ini ujian dan melanggar perintah Rasulullah SAW agar mereka tetap bertahan di bukit. Ternyata musuh datang menyerang dari balik bukit, mengejar dan membuyarkan pertahanan kaum Muslimin,” ujarnya.
Pelajaran dari Perang Uhud
Dari kejadian tersebut, Allah SWT menurunkan ayat al-Quran surat Ali Imran ayat 140: “Kamu pada Perang Uhud mendapat pelajaran, dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir dan agar sebagian kalian dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim.”
“Kita pun harus mengambil pelajaran mudaawalah suatu saat menjabat, lalu tidak lagi menjabat, suatu masa di atas, masa berikutnya di bawah,” tuturnya
Maka, lanjutnya, kita harus selalu siap dengan ketetapan Allah. Untuk itu, mari tetap istiqamah di jalan dakwah.
Pada akhir tausiahnya, Biyanto mengajak peserta untuk terus bersemangat berjuang dan berkorban di jalan Allah, dengan hidup yang berorientasi pada prestasi kebajikan.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam an-Najm ayat 39-40: “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).”
“Kesungguhan, perjuangan dan pengorbanan kita seberapapun, pasti disaksikan dan dinilai Allah, dicatat malaikat dan sejarah kehidupan kita,” imbuhnya.
“Semoga Allah selalu mengampuni kita, orang tua kita, dan kaum mukminin semuanya. Semoga Allah selalu melindungi, melimpahkan berkah rahmat dan pertolongan, serta tuntunan hidayah-Nya, sehingga kita istiqamah dalam dakwah menepati jalan ridha-Nya, hingga akhir hidup di dunia mencapai husnul khatimah,” doanya yang diamini semua peserta yang hadir. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/AS