Ini Bedanya Balasan Berderma Orang Beriman dan Tak Beriman, liputan kontributor PWMU.CO Kota Pasuruan Dadang Prabowo.
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan menggelar Silaturahim Syawal di Masjid Darul Arqam Kota Pasuruan, Rabu (18/3/2022). Hadir sebagai pemateri Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Dr H Saad Ibrahim MA.
Menurut Saad Ibrahim kata surga yang terkandung dalam al-Quran surat al-Imran ayat 133, bukan hanya surga di akhirat saja.
“Sebenarnya tidak semata-mata surga, yang akan diterima oleh seseorang yang gemar berinfak ketika di akhirat. Lebih dari itu, surga yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah balasan Allah yang ada di dunia,” ujarnya.
Balasan Di Dunia Saja
Mantan dosen Universitas Islam Negeri Malang tersebut memberikan penjelasan kalau orang tidak beriman, ketika melakukan amal baik, disebut berderma, dan Allah akan balas di dunia ini.
“Contohnya ada seorang pemuda beragama nasrani mengikuti olimpiade bulu tangkis. Pemuda tersebut berniat jika menang dan meraih juara satu, maka apa yang dia peroleh, lima puluh persennya akan dia sumbangkan untuk kampung halamannya, yang baru terkena bencana, termasuk membangun masjid,” ungkapnya.
“Dan ternyata dia pun menang, dan mendapatkan uang dari hasil kejuaran dan dari sponsor dan lain sebagainya sejumlah 1,8 milyar. Maka yang 900 juta dia kirim ke kampung, untuk membantu korban bencana alam, termasuk untuk pembangunan masjid,” tambahnya.
Setelah dua tiga bulan berikutnya, lanjutnya, pemuda tersebut diwawancarai sebuah stasiun televisi. Dan salah satu pertanyaannya berapa jumlah uang yang ia miliki saat ini? Pemuda tersebut lantas menjawab 9 milyar.
“Jadi dari uang 900 juta yang ia dermakan, dalam tempo dua atau tiga bulan bertambah menjadi 9 milyar. Dan uang tersebut ia hasilkan salah satunya dari menjadi bintang iklan di televisi,” jelasnya.
Maka begitu cara Allah mengembalikan amalan orang-orang yang berbuat baik dan orang tersebut tidak beriman kepada Allah. Yakni dengan memberikan balasannya di dunia.
Balasan Dunia Akhirat
“Sedangkan bagi orang yang beriman, Allah akan mengembalikan di dunia. Tetapi pasti yang dikembalikan di akhirat lebih besar,” terangnya.
Saad lantas bercerita tentang seseorang yang mendermakan uangnya sebesar 15 juta di akhir bulan Desember 2021. Di bulan April tahun berikutnya dia mendapatkan ganti 50 juta. Dari arah yang tidak pernah dia duga, min haitsu laa yahtasib.
“Belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut, saya menyimpulkan bahwa tidak ada yang hilang dari apa yang kita berikan kepada orang lain,” tegasnya.
Menafkahkan sebagian harta bagi seorang muslim dalam keadaan cukup dan tidak cukup, menurut Saad, adalah termasuk ciri orang bertakwa. Sebagaimana yang Allah sampaikan dalam surat Ali-Imran ayat 134.
“Jadi, percayalah, uang yang kita kumpulkan dan kita infakkan pasti akan diganti oleh Allah,” pesannya.
Sumbangan Tak Terlihat
Bagi Saad, sumbangan tidak harus selalu terlihat. Ada jenis sumbangan yang tidak terlihat. Dia bercerita pengalaman kunjungannya ke Pacitan, dua bulan menjelang Ramadhan. Di Pacitan jumlah sekolah milik Muhammadiyah dan Aisyiah 90. Terbanyak kedua setelah Lamongan yang mempunyai amal usaha 300 lebih.
Dari 90 sekolah yang baik di Pacitan, sekitar 10 sekolah yang baik. Lebih banyak yang tidak baik. Di antara sekolah yang baik adalah sekolah yang mempunyai gedung mentereng. Dan Saad pun tertarik untuk bertanya kepada salah seorang pengajar TK di perguruan Muhammadiyah tersebut.
“Nuwun sewu, sampean digaji berapa?” tanya Saad.
Awalnya guru TK itu tidak mau menjawab. Dan setelah dibujuk untuk menjawab. Akhirnya ia mengaku kalau gajinya 150 ribu rupiah perbulan.
“Jadi ada yang seperti itu di Muhammadiyah. Yakni orang-orang yang menyumbang tapi tidak terlihat. Lalu saya berikan gambaran, Insyaallah jenengan ini yang telah berkhidmah di dunia pendidikan. Sekarang ini sampean telah menghutangi Allah. Dan Allah, sebagai pihak yang berhutang, pasti akan dibayar lunas,” tuturnya.
Kembali Ketika Sangat Butuh
Seringkali, ungkap Saad, Allah mengembalikan uang tersebut ketika seseorang sangat membutuhkan. Allah melipatgandakan jumlahnya dan dalam konteks waktu yang tepat.
Dia memberikan contoh bagaimana gurunya di Madrasah Ibtidaiyyah di tahun 60-an. Hidup dengan seorang istri yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dan mempunyai lima anak, tapi mampu memenuhi kehidupan sehari-harinya. “Ajaibnya lagi, kelima anaknya bisa meraih gelar sarjana,” kenang Saad.
Lebih dari itu, lanjutnya, di tahun 2000 ketika dirinya berangkat haji atas undangan Gubernur Jawa Timur, dia bertemu dengan gurunya tersebut di Jedah, ketika akan meninggalkan Mekkah.
“Kami pun saling berpelukan melepas rindu setelah puluhan tahun tidak bertemu dan meneteskan air mata haru. Bisa dipertemukan kembali di tempat yang mulia. Bahkan, sepuluh tahun kemudian, istri guru saya itu bisa naik haji,” kisahnya. (*)
Ini Bedanya Balasan Berderma Orang Beriman dan Tak Beriman; Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.