]Ath’imu Ath-Tha’am
Ath’imu ath-Tha’am berarti berilah makanan, berbentuk fiil amr atau perintah. Hal ini juga merupakan bagian dari dakwah bilhal itu, yakni memberikan makan kepada orang yang membutuhkan atau kelaparan.
Dalam bahasa kita sekarang ini adalah perbanyaklah kegiatan yang di dalamnya ada makan-makan. Karena setiap orang pasti akan sangat suka dengan dakwah apalagi di dalamnya ada makan-makan setelahnya.
Persoalan makan-makan ini hampir semua orang menyukainya, tidak peduli yang kaya juga senang dengan kegiatan ini. Maka Rasulullah menganjurkan supaya kaum Muslimin suka berderma dengan mengadakan acara makan-makan.
Pada masa Rasulullah khususnya saat ketika telah di Madinah Rasulullah dan para sahabat beliau suka mengundang untuk acara sekadar makan-makan, terlebih kepada ahlu shuffahyakni para sahabat nabi yang tinggalnya di emperan Masjid Nabawi. Ahlu shuffahmerupakan mayoritas sahabat rasul yang waktu datang ke Madinah tidak memiliki apa-apa, termasuk saudara dan harta.
Sehingga budaya makan-makan ini menjadi kebaikan dan dapat menjadikan kaum Muslimin merasa bersama-sama senasib dan seperjuangan. Ada suasana silaturahmi di dalamnya dan hendaknya tidak lagi ada sekat antara satu dengan lainnya, baik karena faktor jabatan, harta, dan lain sebagainya.
وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (al-Insan: 8 – 9)
Kunu Ikhwana
Kunu Ikhwana bermakna jadilah kalian semua bersaudara, juga berbentuk fiil amr yang berarti perintah bersaudara. Bersaudara yang di maksud adalah bersaudara karena keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga bersaudara yang tidak dilandasi keimanan akan segera sirna karena lebih kearah kepentingan pribadi dan kelompoknya saja.
Jika kita perhatikan keadaan bangsa Arab sebelum datangnya Islam mereka bersuku-suku dan sangat banyak sekali, di samping itu hobi atau kebiasaan mereka adalah bermusuhan bahkan berperang anatar satu dengan lainnya. Dengan datangnya Islam mereka dapat bersatu dan bersaudara karena diikat oleh ikatan yang sangat kuat yaitu keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
فَهَلۡ عَسَيۡتُمۡ إِن تَوَلَّيۡتُمۡ أَن تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَتُقَطِّعُوٓاْ أَرۡحَامَكُمۡ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فَأَصَمَّهُمۡ وَأَعۡمَىٰٓ أَبۡصَٰرَهُمۡ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (Muhammad; 22–23)
Perintah ini sekaligus memeperkuat dan menegaskan akan pentingnya bersaudara karena Allah. Dan di antara metode untuk mempererat tali persaudaraan itu sebagaimana perintah nabi pada poin pertama dan kedua di atas yaitu sebarkan salam dan budayakanlah bersedekah dengan mengadakan acara makan-makan. Wallahu a’lam bishshawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Dakwah Bilhal Menurut Nabi adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 24 Tahun XXVI, 27 Mei 2022/26 Syawal 1443