Pesan untuk Mempelai Pria
Nur selanjutnya mengutip potongan hadits riwayat Muslim, “Wahai sekalian manusia, takutlah kepada Allah, berhati-hatilah akan urusan perempuan. Sesungguhnya kalian telah mengambil mereka sebagai istri dengan amanat Allah.”
Dia menjelaskan, sejak bayi Faza dirawat dengan baik. “Dengan perhatian, cinta kasih, disiapkan segala kebutuhannya, digembirakan, kebutuhannya semua dipenuhi, dididik dengan baik, kalau sakit di bawa berobat dan seterusnya,” ujarnya.
Namun kini, lanjutnya, Faza diamanatkan kepada Dito. “Ini amanat yang harus diambil. Pak Fatoni rela karena percaya di tangan Dito. Maka buat Faza bahagia, bahkan lebih bahagia!” tuturnya.
Kepada Dito, Nur berpesan, “Jangan sia-siakan kepercayan yang diberikan oleh orangtuanya kepada anda. Ambil amanat itu sekarang, Anda pikul setelah akad nikah ini.”
Dia mengingatkan sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik kalian ialah yang terbaik dan lembut perlakuannya kepada keluarganya.”
Dengan demikian, menurutnya yang terpenting, tidak ada laki-laki yang lebih sempurna dari wanita, kecuali dia memuliakannya. “Bila laki-laki menghina atau merendahkan wanita, dasarnya laki-laki itu rendah,” terangnya.
Nur menyimpulkan, mulia atau rendah seorang laki-laki bukan dilihat dari pendidikannya, penghasilannya, atau keturunannya, tapi bagaimana perlakuannya pada istrinya. “Kalau suami memuliakan istrinya, apapun pendidikannya, siapapun keturunannya, pada dasarnya dia laki-laki yang baik!” tegasnya.
Pesan untuk Mempelai Wanita
Ustadz Nur kemudian menyampaikan pesan untuk Faza—panggilan akrab mempelai wanita. Menurutnya, istri yang shalihah itu sederhana.
Pertama, dia mengutip kata Rasulullah, wanita yang baik ialah kalau dipandang menyenangkan hati. Dia menyimpulkan, “Jadi wanita yang baik itu ialah yang mampu membuat rumah tangganya sebagai pelabuhan yang teduh. Itu kuncinya pada wanita yang shalihah!”
Dia menyatakan memang suami membantu, tapi wanita adalah konseptornya. “Suami di luar mungkin seperti di lautan lepas. Ada angin kencang, ada mata yang melotot tajam, ada ucapan yang menyakitkan. Tapi ketika suami pulang ke rumah seperti kapal di pelabuhan yang teduh, tidak ada guncangan sama sekali,” imbaunya.
“Jangan sampai di luar ada banyak gelombang, masuk rumah gelombangnya tambah besar, maka dia akan pergi lagi,” imbuhnya.
Pesan kedua, mempelai wanita menjadikan laki-laki sebagai pemimpin rumah tangganya dan kalau diperintah dia patuh. “Kalau suami tidak ada di rumah, istri jaga kehormatannya, tidak begejekan dan menjaga hartanya. Itulah wanita shalihah!” terang penulis 18 buku inspiratirf itu, termasuk buku Sang Penggoda itu.
Baca sambungan di halaman 3: Idola Siti Khadijah