Ketika Aku Tak Dapat Memilih, Pesan di Workshop IKM SD Almadany, Mahfudz Efendi, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Ketika aku tak dapat memilih merupakan judul yang diambil H Hilmi Aziz Chamim MPdI saat memberikan membuka Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka di SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas, Gresik, Kamis (26/5/2022).
Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kedanyang mengawali sambutannya dengan kalimat tersebut dengan menganalogikan kemeja batik yang dipakainya.
“Saya tidak bisa memilih motif kemeja batik (yang penuh bunga) ini mengingat (yang beli) ibu-ibu,” ujar Hilmi.
Ia harus menerima saat harus memakai kemeja ini saat masih aktif bertugas di sekolahnya dulu, karena kebanyakan yang bertugas di SD negeri itu adalah guru wanita. Sehingga meskipun kurang suka, ia harus memakainya.
Dia menyampaikan kisah itu menjadi gambaran kondisi saat ini. Menurutnya mungkin saja menjadi guru bukan pilihan utama, ibarat tersesat di jalan yang benar. Meskipun demikan, alasan itu bukanlah menjadi pembenar atas kinerja seorang guru. Pilihan menjadi guru harus ditekuni, diseriusi, dan diperjuangkan.
“Bagaimanapun godaan dan adanya penawaran yang menggiurkan dari sekeliling. Mulai dari tawaran sekolah-sekolah swasta ternama hingga tawaran PPPK, kita harus yakin jika soal rezeki menjadi hak prerogatif Allah SWT, Dialah memberikan rezeki terbaik, pahala berlipat dan janji kebaikan-kebaikan di akhirat kelak,” ungkapnya.
Pesan Terkait Kurikulum Merdeka
Terkait kurikulum merdeka, Hilmi ini berpesan agar para pendidik dapat menerima dan menjalankan hal baik dan positif yang ada di dalamnya.
Dia mengutip ungkapan Ali bin Abi Thalib yang cukup fenomenal mengenai pendidikan anak, “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.”
Menurutnya, prediksi perkembangan dan perubahan zaman ke depan semestinya menjadi fokus materi pendidikan yang kita berikan kepada anak didik kita hari ini.
Hilmi juga mengutip pesan mantan Presiden Soeharto yang berasal dari pepatah Jawa kuno yakni ojo gumunan, ojo kagetan, dan ojo dumeh. Dia mengatakan pepatah itu dapat menuntun kita untuk menjadi pendidik yang dewasa dalam bersikap, berperilaku, dan bereaksi terhadap perubahan kurikulum ini.
Ojo gumunan, sambungnya, berasal dari kata ojo yang artinya jangan. Gumunan, yang berasal dari kata gumun yang artinya heran. Sedangkan ojo kagetan memiliki makna harfiah jangan mudah kaget. “Yang terakhir adalah ojo dumeh artinya janganlah kita bersikap mentang-mentang dan terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu.” Tuturnya.
Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka itu dilakukan dengan metode in dan out selama dua sesi.
Sesi pertama dilakukan pada Kamis-Jumat (26-27/5/2022) dengan pemateri Konsultan Pendidikan dan Pengembang Model Pendidikan Dr Sarwo Edy MPd dan Pelatih aAhli Program Sekolah Penggerak yang juga Kepala SD Muhammadiyah Manyar Gresik Ria Pusvita Sari MPd. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni