Materi Ceramah
Khalasha Azaria Widianto, mengawali materinya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa kelas III dan IV. “Apa arti bersyukur?”
Anak-anak begitu antusias bergantian menjawab “Merasa senang, dan banyak rezeki.”
Asha, sapaan akrabnya, mulai menjelaskan syukur dan nikmat. Kata syukur yaitu berterima kasih. Sedangkan kata nikmat artinya pemberian, anugerah, enak, dan lezat.
“Mensyukuri nikmat Allah SWT, maksudnya berterima kasih kepada-Nya dengan cara mengingat atau menyebut nikmat dan mengagungkan-Nya,” kata dia.
Setelah itu, dia pun menerangkan kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa.
“Musibah dibagi menjadi dua yaitu musibah kecil seperti listrik padam atau jatuh dari sepeda. Dan musibah besar seperti tsunami tau gempa bumi,” ujarnya.
Cara Bersyukur atas Musibah
Siswa kelas XI ICP itu, juga memaparkan cara bersyukur atas musibah yang telah menimpa kita. “Pertama janganlah melihat orang yang di atas. Dan lihatlah orang yang di bawah karena itu lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian,” terangnya.
Kedua, lanjutnya, tidaklah seorang Mukmin tertimpah suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa, melainkan dosa-dosanya akan diampuni,” kata dia.
Menurutnya, sejatinya musibah itu yang menimpa manusia, lebih baik dari nikmat yang membuat kita lupa kepada Allah.
Setelah itu, siswa yang menginjak umur 14 tahun memberi contoh nikmat yang diperoleh setelah mendapat musibah.
“Contoh pada waktu terkena musibah pandemi covid, membuat bahan bakar minyak menjadi berkurang, berkurangnya transportasi aktivitas sendiri,” tutur dia.
Di akhir, dia mengingatkan kepada semua siswa untuk selalu sabar dalam menghadapi musibah.
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” tutup dia.
Asha yang pertama kali memberikan materi di SD Mugeb sangat senang bisa berbagi ilmu kepada adik-adik kelas III-IV.
“Alhamdulillah senang sekali siswanya sangat aktif dalam bertanya,” kesan dia. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni