Meski demikian, Muhammadiyah Jawa Timur berprinsip jangan sampai rakyat diadu domba dengan aparat. “Muhammadiyah tidak mau kalau rakyat diadu dengan aparat atau sebagainya, aparat diadu dengan masyarakat,” jelasnya.
Karena itu, dengan berbagai kondisi yang mengitari saat ini, Muhammadiyah berpandangan bahwa saat ini memang kurang tepat untuk melakukan aksi lagi. “Sekarang waktunya cooling down, timingnya tidak tepat,” pungkas Nadjib
(Baca juga: 6 Keunikan dalam 1 Menit 59 Detik Pidato Presiden Jokowi di Depan Peserta Aksi 212)
Sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah (7/2) menyebut 3 alasan kondisional terkait tidak perlunya aksi 112. Pertama, Haedar berpendapat bahwa aksi 212 sudah merupakan wujud ekspresi dan aspirasi umat Islam yang massif sudah ditangkap pesannya.
Aksi tersebut juga telah menjadikan kasus penistaan agama di bawa ke meja hukum. “Maka tidak perlu lagi terus-menerus ada aksi lanjutan yang boleh jadi malah dapat menjadi kontraproduktif,” ujarnya.
(Baca juga: Bersama Jutaan Umat, 2 Rektor Ini juga Turun Gunung Ikut Aksi 212)
Kedua, bangsa ini memerlukan suasana yang lebih kondusif. Lebih-lebih jelang Pilkada DKI Jakarta 15 Februari. Jadi, akan jauh lebih bijak bila tidak ada aksi-aksi apapun dan oleh siapapun yang dapat memancing pro kontra di masyarakat.
Ketiga, sudah cukup umat dan masyarakat terbawa dalam suasana politik massa yang menguras banyak energi. Menurut dia, lebih bijaksana jika energi umat dan bangsa disalurkan untuk kerja-kerja produktif guna meningkatkan keunggulan dan kemajuan.
(Baca juga: Inilah 3 Paragraf Pengumuman Resmi Sari Roti tentang Aksi 212 yang Picu Aksi Boikot)
Haedar menegaskan, demo, dan ekspresi lain memang merupakan hak setiap warga dijamin konstitusi. “Jadi kami imbau, berbagai aksi itu memang secara demokratis di negara kita, yang memberi keleluasaan untuk artikulasi aspirasi, memang tidak dilarang,” jelas Haedar.
“Tetapi, dalam situasi sekarang, lebih-lebih untuk pilkada 15 Februari besok, kita imbau semua pihak untuk menahan diri. Di pihak lain, kita semakin menciptakan kondisi untuk saling bisa berbagi dan menyelesaikan persoalan-persoalan secara lebih dewasa,” tegas Haedar. (kholid)