Ciri Orang Bertakwa Dikupas Ketua PDM Lumajang, liputan kontributor PWMU.CO Kabupaten Lumajang Kuswantoro.
PWMU.CO – Shalat Jumat di Masjid Panglima Sudirman Perguruan Muhammadiyah Lumajang diikuti oleh siswa laki-laki baik dari maupun SMA Muhammadiyah 1 Lumajang serta masyarakat umum. Bertindak sebagai khatib Ketua PDM Lumajang
Drs Aminudin, Jumat (3/6/2022)
Petunjuk dan Pedoman Hidup
Dalam khutbahnya Aminudin menyampaikan ciri-ciri orang yang bertakwa itu ada enam kriteria. Pertama menjadikan al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Apabila kita sudah menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup, maka tentu kita akan mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada dalam al-Quran.
“Al-Quran berisi petunjuk tentang kehidupan kita. Baik tentang tata cara ibadah, muamalah, hukum dan syariat Islam. Segala kehidupan kita sudah diatur dalam al-Quran. Tentu kita harus membaca, mempelajari dan melihat terjemah dalam isi kandungan al-Quran tersebut,” ujarnya.
“Al-Quran harus menjadi rujukan dalam kehidupan kita. Jangan sampai merujuk selain al-Quran, ini bisa menjadikan salah besar. Agar kita bisa menjadi orang yang baik di hadapan Allah nantinya. Kita mengharapkan rahmat ridha dari Allah. Ketika kita dalam kehidupan sudah diridhai oleh allioh maka keberkahan itu akan hadir di setiap langkah kita,” tambahnya.
Percaya yang Ghaib dan Dirikan Shalat
Kedua, lanjutnya, yaitu percaya kepada yang ghaib. Hal yang ghaib ini tidak mudah kita yakini. Kadang kala orang termakan oleh pola pikir dan pengetauan yang berkembang. Sehingga bisa mempengarui tingkat keimanan kita. Akhirnya kadang kala kita tidak percaya tentang hal ghaib.
“Kita harus yakin dengan adanya malaikat. Kalau pola pikir sudah terpengaruhi tentang keduniaan, maka banyak orang yang tersesat. Sehingga nilai-nilai ketakwaan kita akan luntur,” ungkapnya.
“Oleh karena itu penting kita meyakini tentang yang ghaib. Dalam Islam itu ada dalil aqli dan dan dalil naqli. Jadi yang ghaib ini jangan diothak-athik dengan akal. Hal yang ghaib itu tidak boleh diothak-athik dengan akal, karena tidak akan sampai. Tugas manusia harus meyakini dengan adanya itu,” imbuhnya.
Ketiga, lanjutnya, orang yang bertakwa itu melaksanakan shalat. Shalat itu tidak hanya dilaksanakan atau didirikan tetapi harus dimantapkan. Karena itu menjadi kewajiban yang harus dan wajib kita laksanakan.
“Shalat merupakan kebutuhan kita. Shalat itu bisa menyelesaikan segala persoalan pada diri kita dan tentunya harus memahami tentang kaidah-kaidah dalam shalat tersebut. Shalat menjadi pembeda antara orang yang beriman dan orang kafir. Selain itu shalat menjadi tiang agama. Ketika umat Islam semua meninggalkan shalat maka tiang agama ini akan roboh,” jelasnya.
Zakat dan Infak
Keempat, sambungnya, yaitu orang yang suka menginfakan sebagian rejekinya. Orang-orang yang mendapatkan rejeki dianjurkan menginfakan sebagian rejekinya dua setengah persen atau yang disebut dengan zakat mal.
“Tentu bagi orang yang sudah mampu, berkecukupan harta dan sudah mencapai nisabnya. Ini sudah berkewajiban untuk mengeluarkan zakatnya karena ini perintah Allah. Kenapa itu? Agar kita bisa merasakan bagaimana saudara kita yang memang tidak berkecukupan harta,” terangnya.
Menurutnya zakat merupakan pembersih dari rejeki yang kita dapat. Karena di dalam harta kita ada sebagian hak orang lain. Bagi orang yang memahami maka zakat ini tidak berat.
“Apalagi kita sebagai warga Persyarikatan Muhammadiyah sudah mempuyai lembaga zakat sendiri yaitu Lazismu. Legalitasnya juga sudah di akui oleh pemerintah yang di SK oleh Kementerian Agama RI,” urainya.
Percaya Kitab Allah dan Hari Akhir
Ciri yang kelima, ujarnya, adalah orang-orang yang percaya terhadap kitab-kitab Allah. Yaitu kitab al-Quran dan kitab-kitab sebelumya. Bagaimana cara mengimani? Yaitu dengan cara membaca dan memamahi isinya.
“Yakin betul bahwa al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan melalui Nabi Muhammad. Dan meyakini kitab Allah yang turun sebelum al-Quran, tetapi yang sesuai dengan keaslian kitab itu. Seperti Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud, Taurad yang diturunkan kepada Nabi Musa, dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa. Keempat kitab ini harus kita yakini dan percaya,” paparnya.
Terakhir keenam yaitu meyakini adaya hari akhir. Hari akhir itu suatu yang ghaib dan kapan datangnya kita tidak tahu. Apa datangnya kita masih hidup atau kita sudah meninggal. Itu semua menjadi rahasia Allah swt.
“Tetapi kita harus meyakini karena sebagai ciri-ciri orang yang bertakwa. Tentunya keenam ciri-ciri tersebut harus ada pada diri kita sebagai umat Nabi Muhammad yang betul-betul bertakwa. Selalu menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang,” pesannya. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.