Naik Odong-Odong untuk Refleksi Milad Aisyiyah; Liputan Kontributor PWMU.CO Trenggalek Candra Dwi Aprida.
PWMU.CO – Sebanyak 80 orang dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Salamrejo, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, naik kereta odong-odong untuk menghadiri Kajian Ahad Pagi di Masjid At-Taqwa, Dusun Tawing, Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan, Ahad (5/6/22) pagi.
Mereka terdiri dari jamaah masjid dan mushala Desa Salamrejo, sesepuh Muhammadiyah, ibu-ibu Aisyiyah, dan simpatisan Muhammadiyah. Semuanya menumpangi dua kereta, masing-masing kereta terdiri dari dua gerbong.
Kajian bertema Perempuan Mengusung Peradaban Utama itu sekaligus untuk memperingati Milad Ke-105 Aisyiyah. Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur Dra Hj Siti Dalilah Candrawati MAg hadir menyampaikan peran dan isu sentral perempuan.
Hadir pula Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Trenggalek Drs Rohmat MM. Dalam sambutannya, dia menyampaikan soal keberdayaan Muhammadiyah dan Aisyiyah serta imbauan untuk menjaga harta Persyarikatan.
Seberapa Mencintai Persyarikatan
Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Trenggalek Ariyani Faridah Sutarno SPdI dalam sambutannya mengajak refleksi milad Aisyiyah. Dia membahas evaluasi data dan administrasi kegiatan, termasuk kesanggupan membayar iuran wajib anggota seribu rupiah saja.
Selain itu, dia juga mengingatkan, di kartu Tanda Anggota (KTA) sudah disepakati bersama, Aisyiyah tunduk dan patuh terhadap peraturan organisasi dan menjaga nama baik persyarikatan, menjadi teladan utama bagi umat Islam. “Jangan sampai wong Muhammadiyah omongane kok koyo ngunu,” tuturnya mengimbau agar warga Muhammadiyah menjaga tutur katanya.
Ariyani—panggilan akrabnya—juga mengharapkan Aisyiyah dapat mencetak kader-kader penerus Persyarikatan. Dalam momentum itu, dia mengajak jamaah instrospeksi diri, apa yang sudah dilakukan dan disumbangkan, baik tenaga maupun pikiran untuk Muhammadiyah dan Aisyiyah.
“Apakah kita hanya membanggakan hasil yang telah dikerjakan orang lain tanpa kita berbuat apa-apa? Ataukah kita hanya mengambil keuntungan dari persyarikatan ini? Mari kita koreksi diri kita. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan ini kecuali hati kita sendiri,” lanjutnya.
Dia menegaskan, milad tidak sekadar peringatan, lantas dilupakan. Pun sekadar menjadi anggota, di mana membuat kartu anggota hanya untuk mendapatkan rekomendasi.
“Mari jadikan milad sebagai ukuran seberapa kuat kita mencintai persyarikatan, seberapa kuat kita mencintai Muhammadiyah dan Aisyiyah!” ajaknya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN