PWMU.CO– Dua tipe manusia, ada happy (bahagia) dan sadness (sedih). Untuk memahami makna kehidupan ternyata hidup itu tidak harus selalu bahagia, sedih juga dibutuhkan.
Demikian disampaikan Dr Arief Alamsyah Nasution MARS dalam Rakerda Majelis Pembina Kesehatan Umum PDM Lamongan di Rayz UMM Hotel Malang, Sabtu-Ahad (4-5/6/2022).
Rakerda MPKU Lamongan diikuti pengelola rumah sakit dan klinik.
”Tanpa sedih orang tidak bisa mensyukuri kenikmatan. Yang paling mudah masuk zona bahagia itu bersyukur dan bersabar,” kata dr Arief Alamsyah.
Dikatakan, kita tidak selalu berjumpa dengan orang yang diharapkan. Di organisasi juga ada dua tipe manusia. Ada orang mukhlis, ada oportunis.
Menurut dia, kesadaran kembali kepada diri masing masing. Apakah keberadaan kita berbeda dengan ketidakadaan kita. Kita harus sadar apakah keberadaan kita memberi jawaban atau sebaliknya menjadi beban. Menurut hukum Pareto, yang dibutuhkan adalah 20 persen masalah, 80 persen solusi.
”Even you love your job, you will face a bad day. Meski anda mencintai pekerjaan anda, tidak menutup kemungkinan anda masih akan menghadapi hari yang buruk,” ujarnya.
Dia mengutip surat az-Zumar ayat 10 yang artinya: Katakanlah (Muhammad), Wahai hamba-hambaKu yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu. Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.
Lantas dokter Arief menjelaskan buku berjudul The Way to Happiness Menapaki Jalan Kebahagiaan yang Membebaskan tulisan dia.
”Buku ini penting karena membongkar pola pikir tentang motivasi. Banyak orang bekerja untuk memenuhi basic need atau kebutuhan dasar,” tuturnya.
Reward (penghargaan) punishment (hukuman) transactional, remunerasi (upah, bonus, insentif) itu adalah bentuk bentuk motivasi. ”Semuanya bagus, tapi sifatnya jangka pendek,” ujarnya.
Tiga Syarat
Menurut dia, untuk menjadi rumah sakit atau klinik yang berkembang besar, itu saja tidak cukup. Harus dilanjutkan dengan motivasi 3.0 antara lain pertama, mastery. Yaitu semua orang di dalamnya harus mempunyai motivasi menjadi orang yang ahli. Itu mutlak. Contoh direktur klinik harus mempunyai kemampuan manajerial terbaik.
Kedua, autonomy, yaitu orang yang berbuat inovasi harus dihargai, tidak boleh disalahkan.
Ketiga, purpose, yaitu ada hal di luar materi yang ia cari. Bisa jadi ia tidak mendapat imbalan finansial dari apa yang ia lakukan, tapi ia puas bisa memberi manfaat untuk banyak orang.
”Ada dua kunci untuk mencapai motivasi 3.0 yaitu harus mau senantiasa berubah serta mampu bertahan dalam derasnya arus perubahan. Learning by doing. Belajar, melakukan. Belajar, melakukan. Begitu seterusnya,” tutur dokter Arief.
”Saya enam belas tahun menjadi motivator tidak pernah punya kartu nama, tidak pernah punya marketing. Tapi saya sudah pernah mengisi motivasi di berbagai tempat di Indonesia, hanya empat provinsi yang belum saya datangi. Kenapa bisa begitu? Karena saya selalu mengintegrasikan hal-hal baru dalam hidup saya,” kata dia.
”What motivates us to work. Apa yang memotivasi kita untuk bekerja? Ada atau tidak ada orang yang melihat, kita selalu sungguh-sungguh karena yakin ada Allah swt yang Maha Melihat.”
Maka jadikan prestasi sebagai kartu nama terbaik.
Penulis Yunia Zahrotin Nisa’ Editor Sugeng Purwanto