Pesan Ahmad Dahlan tentang Perempuan
Dia pun mengingatkan, KH Ahmad Dahlan berpesan kepada sahabat-sahabat Muhammadiyah agar berhati-hati terhadap urusan perempuan. “Sampai digambarkan perempuan itu tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Kalau perempuan dibiarkan, tulang itu akan bengkok. Kalau dia diluruskan dengan cara yang salah maka akan patah (mutung),” terangnya.
“Kalau dia bisa kamu pimpin, bisa kamu bimbing, dia bakal menjadi sahabat yang setia untuk perjuangan,” tuturnya. Seperti berjuang mengurus Aisyiyah dan Muhammadiyah. Maka yang menurutnya harus diwujudkan, bagaimana kaum perempuan menjadi partner perjuangan Muhammadiyah.
Adapun pesan KH Ahmad Dahlan untuk kaum perempuan, “Jangan sampai urusan dapur, sumur, kasur itu menjadi penghalang berjuang di masyarakat. Opo maneh diarani konco wingking.” Maksudnya, perempuan dijadikan teman sederajat.
“Pawon yo pawon (dapur ya dapur), ojo lali (jangan lupa) ngaji. Pawon yo pawon, ojo lali budal (pergi) rapat. Pawon yo pawon, ojo lali budal dakwah,” imbuhnya.
Dia juga mengingatkan, Aisyiyah harus menjadi pelopor dan contoh yang baik. Maka, dia mengimbau agar bapak-bapak Muhammadiyah tidak melarang istrinya untuk ikut Aisyiyah. “Kalau ada bapak-bapak yang tidak mendukung istrinya untuk berkecimpung di Muhammadiyah, berarti ada miss (ada yang salah),” ungkapnya.
Berkecimpung di Muhammadiyah, lanjutnya, tidak bertentangan dengan al-Quran. Dia mengutip an-Nahl ayat 97.
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya, “Barangsiapa yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Menutup kajiannya, dia memaparkan lima pesan KH Ahmad Dahlan yang masih relevan sampai sekarang. Pertama, perjuangan hendaklah disertai keikhlasan menunaikan tugas sesuai dengan kecakapannya.
Kedua, tidak mengharapkan sanjungan dan tidak mundur satu langkah karena dicela. Ketiga, penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
Selanjutnya, jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah hanya untuk menghindari tugas. “Silakan berusaha membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam!” tuturnya.
Terakhir, menjaga persaudaraan, persatuan, dan kesatuan teman sekerja dan seperjuangannya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN