MTs Muhammadiyah Solo Reborn, Liputan Jatmiko, kontributor PWMU.CO Surakarta.
PWMU.CO – Madrasah Tsanawaiyah (MTs) Muhammadiyah Solo mengadakan kunjungan ke sekolah penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Surakarta. Acara ini diikuti tim humas, Jumat (10/6/2022).
Kepala MTs Muhamadiyah Solo Sumarman SAg MAg menjelaskan, kunjungan ini untuk meng-ATM-i (amati tiru modifikasi) SD Muhammadiyah 1 Ketelan. “Bahwa sekolah punya karakter sendiri-sendiri tapi tentunya ada benang merah setiap pendidikan,” ujarnya.
Menurutnya, ada hal sama yang bisa diterapkan. Dia berharap madrasahnya bisa mencontoh program yang ada di SD Muhammadiyah 1 Ketelan. Dia mengungkapkan, MTs Muhammadiyah Solo punya kenangan indah karena pernah punya murid terbanyak se-Jawa Tengah.
”Kita branding MTs Muhammadiyah reborn dengan format baru. Belajar di sini tahap pengelolaan humas. Karena dahulu belum ada wakil kepala bidang humas,” terangnya.
Dia menambahkan, “Kita ingin perspektif yang baru. Ke depannya seperti apa. SD Muhamadiyah 1 Ketelan sangat semarak dan berhasil. Kita bisa menemui di berbagai media online maupun cetak untuk promosi dan sosialisasi.”
Bangkit dari Masalah
Sumarman membeberkan, dulu MTs Muhammadiyah Solo bernama MTs Muallimin yang berdiri tahun 1930—dua tahun setelah berdirinya Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Salah satu masalah yang dihadapi adalah tidak punya tempat. MTs Muallimin dulu pernah bertempat di Pasar Kliwon, lalu pindah ke Balai Muhammadiyah. Kemudian pindah dekat di terminal. Pernah pula berlokasi di Kampung Sewu, lalu di Semanggi. Juga pernah di Sangkrah, dan terakhir di Purwodinigratan.
Intinya, sambung dia, pada waktu itu bertahun-tahun punya problem tempat. “Kemudian dari teman-teman mengusahakan bagaimana menempati tempat permanen. Kalau pondasi sudah ada, maka saat ini bisa dikembangkan ke beberapa yang lain,” kisahnya.
Dia menjelaskan, ketika masalah tempat teratasi maka persoalan selanjutnya adalah bagaimana memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat yang punya kebutuhan khusus.
Seperti melayani siswa kurang mampu dengan beasiswa. Juga pelayanan khusus bagi sebagian siswa yang berasal dari sekolah dasar negeri dengan melakukan matrikulasi atau percepatan baca tulis al-Quran.
Di tengah perjalanan, terang dia, ternyata ada masalah zonasi dan pandemi Covid-19. Kebijakan zonasi memberi dampak kepada jumlah siswa yang masuk madrasah. Awalnya zonasi luar kota tidak boleh masuk di negeri. Faktanya boleh masuk. Akhirnya yang masuk ke MTs Muhammadiyah Solo berkurang banyak.
“Ada siswa yang ‘bedol sekolah’ ke Wonogiri dan Karanganayar sehingga yang masuk di MTs Muhammadiyah Solo saat ini sangat minim,” ungkap dia.
Masalah-masalah di atas tidak membuat Sumarman pesimis. Sebab ada beberapa keunggulan yang dimiliki MTs Muhammadiyah Solo.
Pertama, madrasah saat ini satu atap dengan pondok pesantren satu-satunya milik Muhammadiyah yang ada di Solo. Kedua, lokasinya strategis di tengah kota.
Ketiga, memiliki gedung yang representatif berlantai tiga seluas 1800m², dan luas pesantren 427m². Keempat, mempunyai masjid sendiri. Kelima, semua guru berkualifikasi S1 dan S2 lulusan perguruan tinggi ternama nasional dan internasional.
“Musrif berkualifikasi hafal 30 juz. Siswa-siswi terdidik islami berbasis ke Muhammadiyahan,” ujarnya.
Maka Sumarman mematok target siswa baru 60 orang dengan daya tampung tiga kelas, dengan program kelas reguler, PK, dan pondok tahfidh. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni