PWMU.CO- PCM Kembangbahu Lamongan mendirikan masjid dan Gedung Dakwah Muhammadiyah di tanah wakaf yang sudah berdiri selama satu tahun.
Ustadz Arif Zainudin SPd, Ketua Panitia Pembangunan Masjid at-Tanwir dan Gedung Dakwah Muhammadiyah menceritakan, di sini ada tanah kosong yang luas dijual dengan ukuran sekitar 14 x 80 meter. Tanah dibeli oleh Heru Susanto SKep dan istrinya dr Susi Budhi Lestari. Keduanya bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah (RSM) Lamongan.
”Waktu membeli itu harga tanahnya masih murah Rp 80 juta. Hanya dibeli saja belum mempunyai rencana ke depan untuk apa. Letak tanahnya sangat strategis,” kata Arif Zainudin.
Suatu hari Heru dan Susi mempunyi angan-angan bagaimana tanah kosong itu digunakan untuk dakwah tetapi tidak semuanya karena rencana yang depan untuk usaha apotek.
”Selain dibuka apotek awalnya digunakan anak-anak Pemuda Muhammadiyah Kembangbahu untuk tempat diskusi, dan kumpul-kumpul berdakwah,” tuturnya.
Berjalannya waktu tiba-tiba Gedung Dakwah Muhammadiyah di Desa Lopang kondisinya sudah tidak layak dihuni. Status tanahnya juga bukan milik Muhammadiyah tetapi punya Panti Asuhan Al Mizan Lamongan.
”Ketika kita mau membangun gedung di atasnya karena gedungnya tidak layak, terhalang status tanah. Kemudian Ketua PCM Kembangbahu Ustadz Samuri, SE mencari alternatif di tempat lain,” katanya.
Di tanah Al Mizan itu memang boleh membangun tetapi tidak boleh memiliki. Hanya hak menggunakan. ”Pasti kondisi tidak enak karena sewaktu-waktu Al Mizan bisa memintanya,” ujarnya.
Wakaf
Akhirnya Ustadz Heru bersama teman-teman lain termasuk Ustdaz Munadi menawarkan lokasi tanahnya yang lokasinya di ibu kota kecamatan itu. ”Manfaatkan tanah saya saja untuk dibangun Gedung Dakwah Kembangbahu,” kata Ustadz Heru yang akhirnya mewakafkan sebagian tanahnya.
Awalnya bukan dibangun masjid. Gedung lantai atas untuk aula dan lantai dasar untuk perkantoran PCM, PCA dan Ortom Pemuda Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Suatu hari dr Susi menginginkan tanah wakaf itu dibangun masjid juga supaya manfaatnya lebih luas untuk masyarakat. ”Akhirnya lantai bawah untuk masjid,” kata Arif.
”Kecamatan Kembangbahu sebagai ibu kota kecamatan saat itu tidak memiliki masjid hanya Mushala Al Mutahdi. Itupun di desa. Akhirnya dibangunlah Masjid at-Tanwir ini,” tuturnya.
Maka para aktivis dikumpulkan untuk bertugas menjadi khotib dan imam shalat Jumat. Lambat laun jamaah shalat Jumat makin banyak. Masjid ini dibangun atas dana para donatur dan warga sekitar sebesar Rp 500 juta.
”Dengan berdirinya Masjid at-Tanwir alhamdulillah ada donatur yang setiap Jumat memberikan nasi bungkus untuk jamaah,” ujarnya. Kegiatan mulai berlangsung seperti tahsin, pengajian bulanan, dan pertemuan Pemuda dan PCM.
Penulis Nashiiruddin Editor Sugeng Purwanto