Yerusalem
Niscayanya, betapa Allah sangat sayang kepada keturunan Nabi Yakub bin Nabi Iskak bin Nabi Ibrahim ini. Saat mereka kesulitan air, Allah memberikan 12 mata air melalui mukjizat Musa. Saat mereka terancam kelaparan, Allah memberikan makanan dari langit yang bernama manna dan salwa.
Apakah mereka bersyukur? Tidak juga.
Mereka menuntut kepada Musa agar diberi makanan yang ditumbuhkan di bumi. Musa menanggapi mereka dengan mengatakan, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” (al-Baqarah 61).
Betapa sayangnya Allah kepada bangsa Yahudi. Meskipun sudah melakukan serangkaian kedurhakaan besar, tetap saja diberi ampunan. Allah memberi mereka negara yang sekarang wilayah Palestina. Pusatnya di al-Quds atau Yerusalem sekarang.
Allah memberi syarat, negara itu harus diperjuangkan dengan cara mengalahkan penduduknya karea durhaka kepada Allah dengan melakukan syirik. Toh selama ini Yahudi sudah diberi langsung tanpa perjuangan seperti 12 mata air, manna dan salwa, lepas dari penindasan Firaun tanpa harus perang melawannya.
Tapi apa yang mereka lakukan? Mereka menolak berperang karena lawannya adalah bangsa yang kuat. Yahudi takut.
“Wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya. Karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.”(al-Maidah 24).
Atas sikapnya itu, Allah menjatuhkan hukuman berupa melarang mereka memasuki negara itu selama 40 tahun. Selama itu pula mereka menderita, terlunta-lunta di tengah padang pasir yang sangat luas.
“Allah berfirman, (jika demikian), maka (negara) itu terlarang buat mereka selama 40 tahun. (Selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” (al-Maidah 26). Fasik berarti melalukan dosa besar berulang-ulang.
Bad Ending
Musa sangat mencintai bangsanya. Tetapi kebangetan, bangsa Yahudi terus menerus menyakitinya. “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada bangsanya, wahai bangsaku, mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku ini utusan Allah kepadamu. Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (ash-Shaf 5).
Hubungan Musa dengan bangsa Yahudi berakhir “bad ending” karena kedurhakaan Yahudi. “Dia (Musa) berkata, ya Tuhanku. Aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu, pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.” (al-Maidah 25).
Allah mengabulkan doanya. Allah mewafatkan Musa ketika Yahudi pada masa hukuman terlunta-lunta selama 40 tahun.
Pasca Musa, Allah mengirimkan para nabi dan rasul kepada mereka. Tetapi kedurhakaan Yahudi sudah melampaui batas. Jika nabi dan rasul jika tidak sesuai kemauannya, mereka membunuhnya atau mendustakannya.
“Mengapa setiap rasul yang datang kepadamu (membawa) suatu (risalah) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian kamu bunuh?” (al-Baqarah 87)
Astaghfirullah. Rabbi a’lam.
Sidoarjo, 14 Juni 2022
Editor Mohammad Nurfatoni